Menjaga
kesucian menuntut disiplin diri yang kuat dan disiplin ini hanya bisa ada
apabila ada niat yang sama kuatnya pula. Tidak hanya itu, faktor utama untuk
tetap menjaga kesucian selama masa pacaran hendaknya didasarkan pada rasa takut
akan Allah sebab pada akhirnya kita tetap harus memberi pertanggungjawaban
kepada Allah sendiri (1 Tesalonika 5:23). Berikut ini beberapa saran untuk
menolong kita menjaga kesucian pada masa berpacaran.
1. Sirami hati kita
dengan Firman Allah.
Firman Allah
akan memberi peringatan dan sekaligus kekuatan bagi kita untuk melawan godaan
seksual. Bacalah dan renungkanlah firman-Nya setiap hari; jadikan saat teduh
sebagai aktivitas rohani rutin kita. Jangan biarkan iblis atau diri kita menipu
dengan mengatakan bahwa kita sudah tidak layak menerima firman Tuhan.
Ketidaklayakan adalah suatu sikap yang selalu harus ada namun kita butuh firman
Tuhan guna bertahan dalam kehendak Tuhan.
2. Pertahankan batas
sejauh-jauhnya dan sepanjang-panjangnya.
Jangan mulai
sentuhan fisik terlalu dekat dan terlalu cepat. Barang siapa memulai terlalu
cepat akan mengakhirinya dengan cepat dan sangat jauh pula. Hindarkan ciuman di
bibir, sebisanya berhenti pada ciuman di pipi. Sentuhan-sentuhan pada anggota
tubuh selain tangan, misalnya pinggul dan dada, harus dihindarkan. Hindarkan
pelukan muka dengan muka, batasi hanya pada pelukan dari samping yakni tangan
kanan memeluk bahu dari samping.
3. Bicarakan godaan
seksual secara terbuka dan doakan bersama.
Jangan merasa
sungkan atau tidak enak hati melukai pasangan kita. Keterbukaan menunjukkan
kedewasaan dan kesadaran untuk menghadapi secara matang. Sepakati batas fisik
dan hormati keputusan itu sebab dengan cara itulah kita menghormati tubuh
pasangan kita sebagai rumah Allah yang kudus.
4. Hindarkan keberduaan
dan keterpisahan.
Bertemulah di
tempat terbuka dan umum; jangan mencari-cari kesempatan untuk menyendiri guna
melaksanakan niat seksual kita. Membicarakan hal pribadi tidak perlu dalam
kamar atau di rumah yang sepi; kita dapat melakukannya di tempat ramai yang
tetap memberi kita kesempatan berbicara dengan serius.
5. Bicarakan masalah
dengan seorang bapa atau ibu rohani.
Bicarakan dan
akuilah masalah kita dengan seorang bapa atau ibu rohani kita agar kita bisa
mempertanggungjawabkan perbuatan kita secara berkala dan terbuka. Mintalah
kesediaannya untuk menjadi pengawas yang akan terus mengecek kemajuan kita.
Keberadaan seorang pengawas akan menolong kita hidup kudus dan bertanggung
jawab. Dosa yang disembunyikan niscaya membuat kita lebih liar dan tak
terkendali, dosa yang diakui justru memperkuat ketahanan kita.
6. Jangan menyerah.
C.S. Lewis,
seorang penulis Kristen, pernah berujar bahwa kita tidak akan tahu besarnya
kekuatan dosa sampai kita mencoba melawannya. Godaan seksual merupakan godaan
besar yang adakalanya membuat kita putus asa melawannya. Namun nasihat C.S.
Lewis adalah jangan menyerah. Lewis melukiskan suatu contoh yang indah. Jika
kita mengosongkan kertas ujian kita, pasti kita mendapatkan nilai 0. Namun,
jika kita mencoba menjawab setiap pertanyaan, kita pasti memperoleh nilai meski
jawabannya salah. Lewis mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin melihat usaha kita
melawan dosa dan Ia menghargai upaya yang keras. Jangan menyerah atau
membenarkan diri. Akui kejatuhan kita dan bangunlah kembali; setiap hari
merupakan hari pengujian, sebab itulah esensi kehidupan Kristen.
Sumber diedit dari:
Buletin:
Seks Pranikah — Seri Psikologi Praktis
Judul Artikel: Menjaga Kesucian
Penulis
: Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.
Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang , 2001
Halaman : 6
– 8