Hubungan
Pribadi Dengan Tuhan
Pendahuluan
Alkitab
berkata bahwa manusia itu selain mempunyai tubuh jasmaniah juga
memiliki tubuh batinia. Pernahkah kita pikirkan akan kebutuhannya ?
“Sebab kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari sehari ke
sehari” (2 Korintus 4 : 16).
Paulus tidak begitu menghiraukan keadaan tubuh lahiriah jika
dibandingkan kebugaran tubuh batiniahnya. Hal ini tidak perlu kita
artikan secara ekstrim bahwa merawat tubuh lahiriah ini tidak perlu
yang perlu hanya tubuh batiniah saja, tetapi maksudnya adalah; jika
harus dipilih maka kita harus lebih memperhatikan tubuh batiniah,
seperti juga apa yang diutarakan Paulus dalam 1 Kor 9 : 24 – 25.
1. Hidup Baru Yang Melemah
Ketika kita memilih
Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat kita, Allah memberikan suatu
kehidupan yang baru di dalam diri kita, yang memampukan kita
menyenangkan Tuhan dari hari lepas hari semakin serupa dengan gambaran
Yesus Kristus. Namun saat kita tidak memeliharanya, tidak jarang tubuh
batiniah akan menjadi sekarat, dan anehnya penampilan luarnya bisa masih
kelihatan biasa- biasa saja, masih aktif dalam hal – hal rohani, masih
turut di dalam pelayanan, menyanyikan lagu – lagu pujian , masih
membicarakan Alkitab, bahkan masih banyak orang yang memuji dan kagum
dengan apa yang kita lakukan dalam pelayanan, tetapi sesungguhnya
batiniah kita sudah sangat lemah, bahkan sudah sekarat.
Itulah sebabnya kita perlu senantiasa
memastiakan kerohanian kita terpelihara sehat dan kuat. Kehidupan
kekristenan itu dapat juga digambarkan sebagai “Kantuk rohani”, memang
hidupnya tidak sedang tertidur nyenyak secara rohani, kita tahu bahwa
ada sesuatu yang salah, tetapi kita juga tidak sepenuhnya terjaga, ingin
rasanya terbangun namun kita tidak mampu, ngantuk berat, berusaha untuk
menggeliat namun apa daya mata ini rasanya ditarik dan tak mampu untuk
terbelalak.
2. “Melayani Tuhan” Tanpa Tuhan
“Pengalaman adalah guru yang baik.”
Pernyataan ini dalam batasan tertentu adalah benar, tetapi kalau kita
melanjutkan pernyataan dalam arti yang seluas – luasnya apalagi dalam
pelayanan, tentu harus kita cermati, karena sering sekali Tuhan
mempertunjukkan kepada kita apa yang tidak pernah kita pikirkan dan apa
yang tidak kita rencanakan Tuhan perbuat dengan mencengangkan, dan
adakalanya pengalaman dan kebiasaan yang sudah berulang – ulang kita
lakukan justru kita “gagal” di dalamnya.
Apa yang ingin dikatakan dalam peristiwa
tersebut, Tuhan sepertinya ingin berkata “Berharap dan bergantunglah
pada-Ku, karena di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa – apa.”
Mungkin kita akan menjawab “Loh kamikan melayani Tuhan.”
Dan Tuhan menjawab “Ya … tetapi apakah kamu masih sempat bertanya kepada-Ku, apakah kamu masih menyediakan waktu untuk duduk mendengarkan-Ku, dan masihkah kamu masih belajar dari pada-Ku ?” Pengalaman, strategi yang sudah “teruji”, keberhasilan – keberhasilan yang sudah pernah kita raih, tidak dapat menggantikan peranan Tuhan di dalam apapun dalam hidup kita apalagi dalam pelayanan.
Dan Tuhan menjawab “Ya … tetapi apakah kamu masih sempat bertanya kepada-Ku, apakah kamu masih menyediakan waktu untuk duduk mendengarkan-Ku, dan masihkah kamu masih belajar dari pada-Ku ?” Pengalaman, strategi yang sudah “teruji”, keberhasilan – keberhasilan yang sudah pernah kita raih, tidak dapat menggantikan peranan Tuhan di dalam apapun dalam hidup kita apalagi dalam pelayanan.
Diantara Banyak Pilihan
Apa yang menjadi pilihan kita ? apa yang
menjadi prioritas di dalam hidup kita berkenaan dengan apa yang kita
bicarakan, karena ternyata pilihan – pilihan yang menentukan “siapa
kita“ begitulah pentingnya sebuah pilihan.
Jerry dan Mary White dalam bukunya Pemahaman Kristiani Tentang Bekerja membuat daftar prioritas yang seharusnya dalam hidup seorang kristen sebagai berikut :
a.
Kehidupan Pribadi dengan TuhanJerry dan Mary White dalam bukunya Pemahaman Kristiani Tentang Bekerja membuat daftar prioritas yang seharusnya dalam hidup seorang kristen sebagai berikut :
b. Keluarga
c. Pekerjaan/Studi
d. Pelayanan
Kalau kita
memperhatikan daftar prioritas ini Beliau menempatkan “Kehidupan Pribadi
dengan Tuhan” diatas “Keluarga” , “Pekerjaan” dan dari “Pelayanan”.
Sebagai seorang hamba Tuhan yang telah lama mengabdikan diri diladang
Tuhan, patutlah kita memikirkan daftar prioritas yang telah beliau
perbuat. Karena Beliau sering mendapati orang yang banyak berkecimpung
dalam pelayanan ternyata hidupnya merasakan kehambaran dan frustasi
berat karena mereka telah mengabaikan kehidupan pribadi dengan Tuhan
Hubungan Pribadi Dengan Tuhan
1. Bergantung Pada Tuhan
Allah ingin kita
bertumbuh secara rohani. Dia ingin kita menjadi anggota Tubuh Kristus
yang dewasa, penuh pengabdian dan produktif . “ … kita bertumbuh di
dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala” (Ef 4 :15),
Didalam pertumbuhan inilah kita memerlukan hubungan pribadi yang baik
dengan Tuhan.
Yesus berkata dalam Yoh 15 : 5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting – rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa – apa.”
Tidak ada hal yang mungkin dapat kita lakukan jika kita tidak bergantung kepada Pokok anggur itu yaitu Yesus, kekuatan dan kemampuan hanya mungkin ada dan semakin berlipat ganda ketika kita semakin intim bersama Yesus.
Maka hal ini sekaligus menjadi peringatan kepada orang kristen yang “melayani” Tuhan, kadang kita bisa terlalu sibuk untuk mengurusi segala sesuatunya, dan tanpa kita sadari semua itu akhirnya menyita semua waktu kita tanpa pernah lagi duduk dikaki Yesus untuk belajar seperti Maria saudaranya Marta itu, bercengkrama dengan Dia, bertanya kepada Dia, berdoa secara pribadi dengan menikmati kehadirannya. Tidakkah kita ingat yang dikatakan Yesus “ … diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa – apa.”
2. Kasih adalah dasar Pelayanan
Kasih terhadap Tuhan merupakan sumber kekuatan di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Mengapa kita mentaati dan melayani Allah ? Bukan karena kita dipaksa melakukannya, melainkan karena kita mengasihi Allah. “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami” (2 Kor 5:14).
Tidak heran bahwa sukacita akan terus menggelora dalam hati orang yang selalu ingat akan kasih Kristus di dalam hidupnya yang menimbulkan juga kasih di dalam hatinya kepada Allah.
Dapatkah kita melupakan bagaimana kasih kita kepada Yesus Kristus ketika kita mula – mula menjadi orang percaya ? Pengampunan Allah terasa segar dan baru ! Kita merasa bahagia menjadi milik Allah !
Maka betapa menyedihkan, setelah sekian lama Yesus sudah berulang kali berkata kepada kita “… engkau telah meninggalkan kasihmu yang mula – mula” (Why 2:4) Orang Kristen bisa meninggalkan kasihnya yang mula – mula kepada Kristus. Kasih mereka bisa kehilangan hampir semua kekuatanya dan sekarat.
Yesus berkata dalam Yoh 15 : 5 “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting – rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa – apa.”
Tidak ada hal yang mungkin dapat kita lakukan jika kita tidak bergantung kepada Pokok anggur itu yaitu Yesus, kekuatan dan kemampuan hanya mungkin ada dan semakin berlipat ganda ketika kita semakin intim bersama Yesus.
Maka hal ini sekaligus menjadi peringatan kepada orang kristen yang “melayani” Tuhan, kadang kita bisa terlalu sibuk untuk mengurusi segala sesuatunya, dan tanpa kita sadari semua itu akhirnya menyita semua waktu kita tanpa pernah lagi duduk dikaki Yesus untuk belajar seperti Maria saudaranya Marta itu, bercengkrama dengan Dia, bertanya kepada Dia, berdoa secara pribadi dengan menikmati kehadirannya. Tidakkah kita ingat yang dikatakan Yesus “ … diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa – apa.”
2. Kasih adalah dasar Pelayanan
Kasih terhadap Tuhan merupakan sumber kekuatan di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Mengapa kita mentaati dan melayani Allah ? Bukan karena kita dipaksa melakukannya, melainkan karena kita mengasihi Allah. “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami” (2 Kor 5:14).
Tidak heran bahwa sukacita akan terus menggelora dalam hati orang yang selalu ingat akan kasih Kristus di dalam hidupnya yang menimbulkan juga kasih di dalam hatinya kepada Allah.
Dapatkah kita melupakan bagaimana kasih kita kepada Yesus Kristus ketika kita mula – mula menjadi orang percaya ? Pengampunan Allah terasa segar dan baru ! Kita merasa bahagia menjadi milik Allah !
Maka betapa menyedihkan, setelah sekian lama Yesus sudah berulang kali berkata kepada kita “… engkau telah meninggalkan kasihmu yang mula – mula” (Why 2:4) Orang Kristen bisa meninggalkan kasihnya yang mula – mula kepada Kristus. Kasih mereka bisa kehilangan hampir semua kekuatanya dan sekarat.
Mengapa hal itu terjadi ?
a. Mereka tidak lagi menikmati kehadiran Allah, atau bahkan tidak lagi merindukan suara Allah dalam hidupnya. Adam tidak taat kepada Allah, ia mencoba bersembunyi dari Allah. Kasihnya kepada Allah menjadi lemah dan redup sehingga ia tidak lagi rindu berbicara kepada Allah dan tidak lagi ingin mendengar suara-Nya, kehadiran Allah dan suara-Nya menjadi hal yang menakutkan bagi dia.
Kahadiran-Nya yang sebelumnya sungguh dia nikmati, sekarang terasa seperti orang asing. Demikianlah bagi orang yang kasihnya kepada Tuhan sudah melemah, bagi dia merenungkan dan membaca Firman Tuhan (Alkitab) tidak lagi menggairahkan bahkan mungkin – mungkin sudah membosankan.
Waktu kita merasa seperti itu, Allah tidak berubah. Allah sempurna, Ia tidak mungkin berubah, perubahan itu terjadi di dalam kita. Maka kembalilah kepadaNya, lakukanlah yang dulu kamu lakukan, seperti saat kasihmu yang mula – mula masih bergelora !
b. Orang – orang Kristen yang kasihnya kepada Allah menjadi lemah, status sebagai “anak Allah” itu tidak lagi begitu dia sadari, sehingga dia tidak lagi datang kepadaNya sebagai anak. Allah bagi mereka sudah terasa jauh dan sepertinya tidak lagi menyentuh hidupnya, tidak lagi peduli terhadap dia.
Ketika masalah
datang, mereka berpikir: “Allah memperlakukanku dengan tidak adil, Allah
kejam dan tidak mengerti persoalanku”. Lain halnya dengan orang yang
kasihnya kepada Allah tetap segar dan kuat, maka ketika kesulitan datang
mereka akan berkata : “Allah sedang mengajari aku melalui kesulitan –
kesulitan ini. Allah mengasihiku dan melalui pengalaman ini aku dapat
menjadi orang Kristen yang lebih baik.”
Mereka mengambil Alkitabnya dan belajar dari sana apakah yang hendak Allah lakukan dan katakan melaui peristiwa ini. Mereka melipat tangannya dan berlutut untuk meminta petunjuk apa yang harus mereka lakukan.
Sering timbul kebingungan di dalam diri kita untuk mengerti janji Allah dan salah mengerti dengan apa yang dikatakan Tuhan, kadang timbul dalam pikiran kita perbedaan antara apa yang dikatakan Tuhan dalam Firman-Nya dengan apa yang kita alami sehari – hari.
Namun, perbedaan tersebut sebenarnya mengungkapkan kegagalan kita untuk memahami Allah dan apa yang Dia katakan dalam Firman-Nya (Alkitab), bukannya ketidak mampuan Allah untuk tetap setia memenuhi janji-Nya.
Mereka mengambil Alkitabnya dan belajar dari sana apakah yang hendak Allah lakukan dan katakan melaui peristiwa ini. Mereka melipat tangannya dan berlutut untuk meminta petunjuk apa yang harus mereka lakukan.
Sering timbul kebingungan di dalam diri kita untuk mengerti janji Allah dan salah mengerti dengan apa yang dikatakan Tuhan, kadang timbul dalam pikiran kita perbedaan antara apa yang dikatakan Tuhan dalam Firman-Nya dengan apa yang kita alami sehari – hari.
Namun, perbedaan tersebut sebenarnya mengungkapkan kegagalan kita untuk memahami Allah dan apa yang Dia katakan dalam Firman-Nya (Alkitab), bukannya ketidak mampuan Allah untuk tetap setia memenuhi janji-Nya.
Maka dalam keadaan seperti ini kita juga
harus mau belajar dari orang lain, yang sudah lebih berpengalaman, dan
bersyukurlah untuk orang – orang yang sudah terlebih dahulu Tuhan
persiapkan sebagai hamba – hamba-Nya untuk memperlengkapi kita, untuk
mengerti apa yang dikatakan Tuhan dalam Firman-Nya, hal itu kita bisa
dapatkan dengan pembacaan buku – buku rohani dan baik sarana lainnya .
Banyak buku – buku yang rohani yang berbobot yang dapat menolong pengertian kita akan Firman Tuhan, menolong penghayatan yang lebih dalam akan Firman-Nya, yang akhir akan menimbulkan kasih kita yang semakin segar dan sehat kepada Yesus.
Penafsiran dan penerapan yang salah
akan firman Tuhan juga merupakan salah satu sebab yang mempengaruhi
kasih kita kepada Tuhan, maka saya perlu peringatkan anda supaya
selektif akan bahan bacaan anda !Banyak buku – buku yang rohani yang berbobot yang dapat menolong pengertian kita akan Firman Tuhan, menolong penghayatan yang lebih dalam akan Firman-Nya, yang akhir akan menimbulkan kasih kita yang semakin segar dan sehat kepada Yesus.
c. Kehidupan doa hampir terhenti ketika kasih akan Allah melemah.
Orang – orang Kristen yang lemah secara rohani tidak memiliki
keinginan untuk berdoa. Dan ketika mereka melakukannya, itu semata –
mata sebagai keharusan dan bukan sebagai kesukaan.
Mereka masih rutin melakukannya tetapi sudah menjadi rutinitas, tidak lagi menjadi saat yang menyukakan dimana dia bertemu dengan kekasih hatinya yang selalu dia rindukan dalam hidupnya. Doa menjadi beban. Atau mungkin juga doa itu tidak lagi begitu berarti dalam hidupnya karena hati dan pikirannya sudah dibutakan oleh ilah jaman ini, yang sedang berkata “Kalau kita merencanakan segalanya dengan baik dilakukan dengan baik ditambah dengan pengalaman yang sudah matang maka hasilnya pasti memuaskan.”
Mereka masih rutin melakukannya tetapi sudah menjadi rutinitas, tidak lagi menjadi saat yang menyukakan dimana dia bertemu dengan kekasih hatinya yang selalu dia rindukan dalam hidupnya. Doa menjadi beban. Atau mungkin juga doa itu tidak lagi begitu berarti dalam hidupnya karena hati dan pikirannya sudah dibutakan oleh ilah jaman ini, yang sedang berkata “Kalau kita merencanakan segalanya dengan baik dilakukan dengan baik ditambah dengan pengalaman yang sudah matang maka hasilnya pasti memuaskan.”
Kalau begitu
untuk apa susah – susah berdoa. Hati – hati ! para pelayan Tuhan yang
sudah berpengalaman, pengalanman itu baik, tetapi jangan pernah
terpikir dengan itu kita tidak perlu lagi bergantung kepada Tuhan.
d. Ketika kasih kita kepada Yesus sudah semakin lemah, kerinduan untuk memikirkan dan mengahayati kebaikan Yesus juga akan berkurang, kerinduan untuk duduk di kaki Yesus seperti Maria tidak lagi punya waktu, terlalu sibuk demikian alasan klasik yang sering dilontarkan.
Dia tidak pernah lagi dapat “melihat” Yesus yang “sudah dari tadi” menunggu untuk berbicara kepadanya, ingin mendengar keluhan – keluhannya, Yesus menunggu saat dia masih tertidur, dan berharap saat terbangun nanti akan “bercengkrama” dengan anak-Nya iu. Namun ketika anak-Nya itu terbangun tak sedikitpun dia memperdulikan-Nya,
d. Ketika kasih kita kepada Yesus sudah semakin lemah, kerinduan untuk memikirkan dan mengahayati kebaikan Yesus juga akan berkurang, kerinduan untuk duduk di kaki Yesus seperti Maria tidak lagi punya waktu, terlalu sibuk demikian alasan klasik yang sering dilontarkan.
Dia tidak pernah lagi dapat “melihat” Yesus yang “sudah dari tadi” menunggu untuk berbicara kepadanya, ingin mendengar keluhan – keluhannya, Yesus menunggu saat dia masih tertidur, dan berharap saat terbangun nanti akan “bercengkrama” dengan anak-Nya iu. Namun ketika anak-Nya itu terbangun tak sedikitpun dia memperdulikan-Nya,
Yesus yang melemparkan “senyum yang sangat
manis” dan mengucapkan “selamat pagi,” juga tidak dihiraukannya, dia
nampaknya terlalu sibuk sehingga tanpa pamit diapun bergegas
meninggalkan Yesus. Buru – buru ke pelayanan kali. Yesus masih terus
menunggu berharap besok pagi anak-Nya itu akan punya waktu bagi Dia.
Sudah sekian lama Yesus mengharapkannya, berapa lama lagikah Dia harus
menunggu ?
Penutup
Marilah kita yang sudah ditebus mahal oleh darah Kristus (1 Pet 1 : 18 -19 ) menempatkan Kristus juga yang terpenting di dalam kita melebihi apapun, menghormati Kristus lebih dari apapun dan mengasihi-Nya lebih dari apapun. “Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihiku …” (Yoh 14 : 21) . Tuhan Yesus memberkati.