Welcome

Bekerjalah Untuk Makanan Yang Tidak Dapat Binasa....!!!

Saturday, 25 June 2011

Suka Duka Pelayanan

SUKA DUKA PELAYANAN

Oleh : Fernando Tambunan

I. PENGANTAR

Menjadi pelayan bukanlah pekerjaan yang disukai, “Siapakah yang senang kalau harus melayani orang lain?” ujar Plato. Perkataan ini mengandung pengertian yang sangat dalam. Rupanya Plato lebih jujur daripada kita. Sebab seringkali kita mau melayani orang lain namun dalam prakteknya, kitalah yang ingin dilayani orang lain.

Tuhan Yesus berpesan agar kita saling melayani. Tiap orang percaya adalah pelayan Tuhan. Begitulah kata pelayanan sering dipakai di gereja maupun persekutuan. Tetapi apakah sebenarnya arti pelayanan? Meminjam istilah Pdt.DR. Stephen Tong , “Pelayanan adalah penaklukan diri didalam rencana Allah sampai mati, sehingga seluruh hidup kita memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat bagi orang lain”.

Didalam melakukan pelayanan setiap orang percaya pasti akan mengalami suka duka pelayanan, apa saja dan bagaimana kita menghadapi suka duka dalam pelayanan?

II. PELAYANAN

A. Makna Pelayanan dalam Alkitab
Secara etimologi, kata “pelayanan” memiliki makna yang amat kompleks. Dalam Perjanjian Baru digunakan beberapa istilah, yaitu:


1. doulos – melayani sebagai hamba (budak). Pada zaman PB, seorang budak dapat dibeli atau dijual sebagai komoditi. David Watson menyatakan: “Seorang budak adalah seorang yang sama sekali tidak memiliki kepentingan diri sendiri. Dalam ketaatan penuh kerendahan hati ia hanya bisa berkata dan bertindak atas nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui dia”. Benar-benar tak berdaya. Sebagai orang percaya, kita sekalian adalah orang-orang yang telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba (doulos) kebenaran (Roma 6:18), menjadi hamba Allah (Roma 6:22).

2. diakoneo – melayani sebagai pelayan dapur, yang menantikan perintah di sekitar meja makan (Mat. 8:15; Efs. 4:12). Ini bukan pekerjaan yang menyenangkan, karena seringkali ia akan menerima dampratan dari orang yang merasa kurang puas dilayani. Dalam arti luas kata ini menyatakan seseorang yang memperhatikan kebutuhan orang lain, kemudian berupaya untuk dapat menolong memenuhi kebutuhan itu. Orang bisa saja bekerja sebagai budak (doulos) dan tidak menolong seorangpun; tetapijika ia seorang diakonos, ia berkaitan erat dengan upaya menolong orang lain (Luk 22:27; Yoh. 12:26; Tim. 3:13)

3. hyperetes – melayani sebagai bawahan terhadap atasannya. Duane Dunham menyatakan bahwa seorang hyperetes adalah seorang yang segera memberi-kan tanggapan dan tidak banyak tanya tentang tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam bidang pelayan ia adalah seorang kelasi kapal. Dalam Kisah 24:13 kita melihat sahabat-sahabat Paulus bertindak selaku hyperetes terhadap Paulus, yaitu menolong hamba Tuhan lain agar pelayanan-nya menjadi lebih efektif.

4. leitourgeo – melayani orang lain di depan publik atau bekerja untuk kepentingan rakyat (Kisah 13:2) sebagai lawan untuk kepentingan pribadi. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos dan pekerjaan luhur itu disebut leitourgia. Dari sini timbul kata liturgi untuk kata ibadah.

5. latreuo – berarti bekerja untuk mendapat latron, yaitu gaji atau upah. Latreia berarti juga bisa pemujaan untuk para dewa. Di perjanjian baru kata ini digunakan dalam arti menyembah atau beribadah pada Tuhan (Mat. 4:10 ; Kis 7:7) Penggunaan yang lebij jelas digunakan Paulus dalam Roma 12:1 yaitu supaya kita mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai logike latreia, artinya persembahan yang pantas (berkenan).

Pelbagai kata ini digunakan oleh gereja abad pertama dengan arti melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan kepada orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi hidup untuk diri sendiri melainkan hidup untuk Tuhan dan untuk orang lain (bnd. 2 Kor 5:15)

Apa sebabnya kita didorong untuk melayani Tuhan dan orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri telah melayani kita. Orang yang mau berjalan dibelakang Yesus adalah orang yang rela melayani dan menghamba. Dalam pelaksanaanya itu tidaklah mudah, melayani mengandung banyak segi dan resiko. Melayani bukan berarti sekedar bersibuk di sana sini dan bukan pula sekadar memberi ini atau itu. Melayani adalah mengosongkan diri dan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan Tuhan dan kepentingan orang lain. Ini sungguh bertolak belakang dengan jalan hidup yang lazim di mana orang justru mengutamakan kepentingan diri sendiri.

Berjalan dibelakang Yesus memang adalah berjalan melawan arus. Benarlah apa yang dikatakan Plato: “Siapa yang mau menjadi pelayan?” sebaliknya, Yesus berkata, “tetapi Aku ada ditengah-tengah kamu sebagai pelayan”. (Luk. 22:27)


B. Suka Duka Pelayanan

Dalam pelayanan kita tidak hanya menemukan yang menyenangkan saja namun juga ada hal hal yang menurut kita menyakitkan dan tidak menyenangkan, ketika kita diperhadapkan dengan semuanya itu sebenarnya kita harusnya makin dewasa dalam Tuhan. Orang yang tidak bisa menghadapi suka duka pelayanan adalah orang yang tidak mendasarkan panggilan pelayananya atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah pelayanan, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.

Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya. Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10).

Dalam menghadapi apapun dalam pelayanan baik suka maupun duka ingatlah bahwa:
1. Ada penghiburan yang tidak terungkapkan dari Roh Kudus (Yoh 14:26-27)

2. Ada janji penyertaan dari Yesus (Mat. 28:16-20 bnd. Mrk 10:30)

3. Ada Rumah Bapa yang telah disediakan bagi kita (Yoh. 14:1-2)

4. Tuhan merindukan orang-orang percaya (Kristen), supaya menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, Yesus Kristus (Rom 8:29). Dalam tujuan tersebut Tuhan juga menyediakan alat untuk mewujudkannya, yang salah satunya diantaranya adalah kesusahan (Yak 1:1-4)

5. Penderitaan dan kesusahan merupakan karunia Tuhan dan merupakan kebanggaan kepada orang yang dianggap Tuhan layak untuk itu (Fil 1:29, band. Kis 5:41)

6. Dua hal yang tidak sepadan / bertentangan maka kedua hal itu akan berusaha untuk saling melenyapkan. Demikian halnya dengan dunia ini dimana falsafahnya berbeda pasti akan menimbulkan kesusahan demi kesusahan (1 Yoh 3:12-13)

Suka duka merupakan keharusan yang sekaligus menjadi bunga-bunga dalam hidup pelayanan, dan yang lebih penting hal tersebut diperkenankan oleh Tuhan yang telah terlebih dahulu mengalaminya dan mengasihi kita (Ibr 4:15)
Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain

III. PENUTUP

Tidak ada pelayanan yang bebas dari berbagai hambatan dan persoalan. Kita hidup di masa yang sulit, dan hal ini tidak pernah berakhir, namun mereka yang ulet dalam memenuhi panggilan Allah akan dapat mengatasinya. Manusia memiliki banyak keterbatasan, namun kebergantungan dan beriman kepada pemberi mandat pelayanan, yaitu Yesus Kristus akan memampukan setiap orang yang ambil bagian di dalamnya untuk mencapai tujuan pelayanan pemuda. Leslie B Flynn mengatakan bahwa iman adalah suatu kemampuan yang dianugrahkan oleh Roh Kudus untuk melihat sesuatu yang diingini Allah untuk dikerjakan dan untuk mempertahankan keyakinan yang kuat bahwa Allah akan melakukan segalanya walaupun ada rintangan-rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi.

Apapun yang kita alami dalam pelayanan, suka maupun duka, kalau kita taat dan setia semuanya itu akan membawa kita untuk semakin serupa dengan Kristus, semakin dewasa, bertumbuh dan berbuah di dalamNya. Akhirnya, apakah ketika kita menyelesaikan hidup dan pelayanan kita, dan setelah kita mengevaluasinya dengan jujur, kita dapat berkata seperti Tuhan Yesus, "Sudah genap!" atau seperti Rasul Paulus, "Aku telah mengakhirinya dengan baik"? Amin /nan1
Referensi :
- Pdt. Dr. Andar Ismail, Selamat Melayani, BPK Gunung Mulia
- Henry T. Blackaby, Experiencing God, Interaksara