SUKA DUKA PELAYANAN
Oleh : Fernando Tambunan
I. PENGANTAR
Menjadi pelayan bukanlah pekerjaan yang
disukai, “Siapakah yang senang kalau harus melayani orang lain?” ujar
Plato. Perkataan ini
mengandung pengertian yang sangat dalam. Rupanya Plato lebih jujur
daripada kita. Sebab seringkali kita mau melayani orang lain namun dalam
prakteknya, kitalah yang ingin dilayani orang lain.
Tuhan Yesus berpesan agar kita
saling melayani. Tiap orang percaya adalah pelayan Tuhan. Begitulah kata
pelayanan sering dipakai di gereja maupun persekutuan.
Tetapi apakah sebenarnya arti pelayanan? Meminjam
istilah Pdt.DR. Stephen Tong , “Pelayanan adalah penaklukan diri
didalam rencana Allah sampai mati, sehingga seluruh hidup kita
memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat bagi orang lain”.
Didalam melakukan pelayanan setiap
orang percaya pasti akan mengalami suka duka pelayanan, apa saja dan
bagaimana kita menghadapi suka duka dalam pelayanan?
II. PELAYANAN
A. Makna Pelayanan
dalam Alkitab
Secara etimologi, kata “pelayanan” memiliki makna yang
amat kompleks. Dalam Perjanjian
Baru digunakan beberapa istilah, yaitu:
1. doulos – melayani sebagai hamba (budak). Pada zaman PB, seorang budak dapat dibeli atau
dijual sebagai komoditi. David Watson menyatakan: “Seorang budak adalah
seorang yang sama sekali tidak memiliki kepentingan diri sendiri. Dalam
ketaatan penuh kerendahan hati ia hanya bisa berkata dan bertindak atas
nama tuannya. Dalam hal ini tuannya berbicara dan bertindak melalui
dia”. Benar-benar tak berdaya. Sebagai orang percaya, kita sekalian
adalah orang-orang yang telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba (doulos) kebenaran (Roma 6:18), menjadi hamba Allah (Roma
6:22).
2. diakoneo – melayani sebagai pelayan dapur,
yang menantikan perintah di sekitar meja makan (Mat. 8:15; Efs. 4:12).
Ini bukan pekerjaan yang menyenangkan, karena seringkali ia akan
menerima dampratan dari orang yang merasa kurang puas dilayani. Dalam
arti luas kata ini menyatakan seseorang yang memperhatikan kebutuhan
orang lain, kemudian berupaya untuk dapat menolong memenuhi kebutuhan
itu. Orang bisa saja bekerja sebagai budak (doulos) dan
tidak menolong seorangpun; tetapijika ia seorang diakonos, ia berkaitan
erat dengan upaya menolong orang lain (Luk 22:27; Yoh. 12:26; Tim. 3:13)
3. hyperetes – melayani sebagai bawahan terhadap
atasannya. Duane Dunham menyatakan bahwa seorang hyperetes
adalah seorang yang segera memberi-kan tanggapan dan tidak banyak tanya
tentang tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam bidang pelayan ia
adalah seorang kelasi kapal. Dalam Kisah 24:13 kita melihat
sahabat-sahabat Paulus bertindak selaku hyperetes
terhadap Paulus, yaitu menolong hamba Tuhan lain agar pelayanan-nya
menjadi lebih efektif.
4. leitourgeo – melayani orang lain di depan publik atau
bekerja untuk kepentingan rakyat (Kisah 13:2) sebagai lawan untuk
kepentingan pribadi. Orang yang berbuat itu disebut leitourgos
dan pekerjaan luhur itu disebut leitourgia. Dari sini
timbul kata liturgi untuk kata ibadah.
5. latreuo – berarti bekerja untuk mendapat latron, yaitu
gaji atau upah. Latreia berarti
juga bisa pemujaan untuk para dewa. Di perjanjian baru kata ini
digunakan dalam arti menyembah atau beribadah pada Tuhan (Mat. 4:10 ; Kis 7:7) Penggunaan yang
lebij jelas digunakan Paulus dalam Roma 12:1 yaitu supaya kita
mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan sebagai logike
latreia, artinya persembahan yang pantas (berkenan).
Pelbagai kata ini digunakan oleh gereja abad
pertama dengan arti melayani, mengabdi atau menghamba kepada Tuhan dan
kepada orang lain, atau pola hidup yang bukan lagi hidup untuk diri
sendiri melainkan hidup untuk Tuhan dan untuk orang lain (bnd. 2 Kor 5:15 )
Apa sebabnya kita didorong untuk
melayani Tuhan dan orang lain? Dasarnya adalah karena Yesus sendiri
telah melayani kita. Orang yang mau berjalan dibelakang Yesus adalah
orang yang rela melayani dan menghamba. Dalam pelaksanaanya itu tidaklah
mudah, melayani mengandung banyak segi dan resiko. Melayani bukan
berarti sekedar bersibuk di sana sini dan bukan pula sekadar memberi ini
atau itu. Melayani adalah mengosongkan diri dan menempatkan kepentingan
sendiri dibawah kepentingan Tuhan dan kepentingan orang lain. Ini
sungguh bertolak belakang dengan jalan hidup yang lazim di mana orang
justru mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Berjalan dibelakang Yesus memang
adalah berjalan melawan arus. Benarlah apa yang dikatakan Plato: “Siapa
yang mau menjadi pelayan?” sebaliknya, Yesus
berkata, “tetapi Aku ada ditengah-tengah kamu sebagai pelayan”. (Luk. 22:27)
B. Suka Duka Pelayanan
Dalam pelayanan kita tidak hanya menemukan
yang menyenangkan saja namun juga ada hal hal yang menurut kita
menyakitkan dan tidak menyenangkan, ketika kita diperhadapkan dengan
semuanya itu sebenarnya kita harusnya makin dewasa dalam Tuhan. Orang
yang tidak bisa menghadapi suka duka pelayanan adalah orang yang tidak
mendasarkan panggilan pelayananya atas dasar mengasihi Yesus lebih
dari segala sesuatu. Orang
boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada
setiap orang. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena
ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa
yang menjadi motivasi bisa terlihat ketika pelayanan kita mendapat
gesekan baik dari sesama teman pelayanan atau mungkin mendapat penolakan
dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi
dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat
atau yang lebih ekstrim langsung pindah pelayanan, itu artinya kita
belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan.
Lantas bagaimana jika ada seseorang
yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya
mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada
hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa mengalahkan
itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal
lainnya. Yesus berkata: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada.
Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26).
Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus dimanapun Dia
berada. Dan hal itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus
menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Dan hal itu pun sudah
diingatkan Yesus sejak awal. "Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius
16:24). Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga
Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali
disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak
yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari
Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanan, semua mengalami
berbagai masalah yang tidak mudah untuk dihadapi. Namun mereka tidak
patah semangat, dan tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak
Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang
mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi
mereka tetap setia hingga akhir. Mengapa? Karena visi mereka jelas,
yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka
lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan
di atas segalanya.Kita bisa meneladani mereka. "Saudara-saudara,
turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah
berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10).
Dalam
menghadapi apapun dalam pelayanan baik suka maupun duka ingatlah bahwa:
1. Ada penghiburan yang
tidak terungkapkan dari Roh Kudus (Yoh 14:26-27)
2. Ada janji penyertaan
dari Yesus (Mat. 28:16-20 bnd. Mrk 10:30)
3. Ada Rumah Bapa yang
telah disediakan bagi kita (Yoh. 14:1-2)
4. Tuhan merindukan
orang-orang percaya (Kristen), supaya menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya, Yesus Kristus (Rom 8:29). Dalam tujuan tersebut Tuhan juga
menyediakan alat untuk mewujudkannya, yang salah satunya diantaranya
adalah kesusahan (Yak 1:1-4)
5. Penderitaan dan
kesusahan merupakan karunia Tuhan dan merupakan kebanggaan kepada orang
yang dianggap Tuhan layak untuk itu (Fil 1:29, band. Kis 5:41)
6. Dua hal yang tidak
sepadan / bertentangan maka kedua hal itu akan berusaha untuk saling
melenyapkan. Demikian halnya dengan dunia ini dimana falsafahnya berbeda
pasti akan menimbulkan kesusahan demi kesusahan (1 Yoh 3:12-13)
Suka duka merupakan keharusan yang
sekaligus menjadi bunga-bunga dalam hidup pelayanan, dan yang lebih
penting hal tersebut diperkenankan oleh Tuhan yang telah terlebih dahulu
mengalaminya dan mengasihi kita (Ibr 4:15)
Melayanilah
karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain
III. PENUTUP
Tidak ada pelayanan yang bebas dari
berbagai hambatan dan persoalan. Kita hidup di
masa yang sulit, dan hal ini tidak pernah berakhir, namun mereka yang
ulet dalam memenuhi panggilan Allah akan dapat mengatasinya. Manusia memiliki banyak keterbatasan, namun
kebergantungan dan beriman kepada pemberi mandat pelayanan, yaitu Yesus
Kristus akan memampukan setiap orang yang ambil bagian di dalamnya untuk
mencapai tujuan pelayanan pemuda. Leslie B Flynn
mengatakan bahwa iman adalah suatu kemampuan yang dianugrahkan oleh Roh
Kudus untuk melihat sesuatu yang diingini Allah untuk dikerjakan dan
untuk mempertahankan keyakinan yang kuat bahwa Allah akan melakukan
segalanya walaupun ada rintangan-rintangan yang tampaknya tidak dapat
diatasi.
Apapun yang
kita alami dalam pelayanan, suka maupun duka, kalau kita taat dan setia semuanya itu akan membawa kita untuk semakin serupa
dengan Kristus, semakin dewasa, bertumbuh dan berbuah di dalamNya.
Akhirnya, apakah ketika kita menyelesaikan hidup dan pelayanan kita, dan
setelah kita mengevaluasinya dengan jujur, kita dapat berkata seperti
Tuhan Yesus, "Sudah genap!" atau seperti Rasul Paulus, "Aku telah
mengakhirinya dengan baik"? Amin
/nan1
Referensi :
- Pdt. Dr. Andar
Ismail, Selamat Melayani, BPK Gunung Mulia
- Henry T. Blackaby, Experiencing God,
Interaksara