GLORY TO GOD
"Sebab segala
sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah
kemuliaan sampai selama-lamanya."
(Roma 11:36)
´Glory to
God´ menjadi satu istilah, satu pemikiran yang begitu unik di dalam
kekristenan dan tidak ditemui pada agama-agama lain. Agama lain lebih merasa takut kepada
Tuhan, karena ilah mereka memberikan unsur kontrol kepada kepribadian.
Tetapi dalam kekristenan tidaklah demikian. Dalam Kitab Yes 43:7
dikatakan dengan jelas, "Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang
Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku." Sebab itu, di dalam diri manusia, kita
melihat peta dan teladan Tuhan, yaitu pancaran kemuliaan Tuhan yg
mewakili sang Pencipta.
Apakah arti kemuliaan
Tuhan itu? Istilah kemuliaan memang abstrak, tidak konkret, dan tidak
berwujud. Tetapi, kemuliaan merupakan satu hal yang mau tidak mau akan
mempengaruhi hidup kita. Mengapa kita takut nama kita dicemarkan oleh
orang lain? Mengapa kita takut difitnah orang? Mengapa kalau ada orang
yang salah ketika memberi informasi tentang kita, kita marah? Mengapa
kita selalu membela sesuatu yang seharusnya tidak dirugikan, tetapi
sudah dirugikan? Mengapa kita selalu berdebat? Ini semua karena ada
unsur abstrak, unsur yang melampaui kekonkretan jasmaniah yang memang
berada di dalam kebudayaan. Kita membutuhkan nama baik, membutuhkan
kredibilitas, dan membutuhkan kepercayaan dari orang lain. Semua itu
karena apa? Unsur kemuliaan. Meskipun sama-sama manusia, tetapi ada yg
begitu bercahaya karakternya, ada yg begitu gelap hidupnya, ada yg
begitu menyenangkan orang lain, dan ada yang membuat orang lain begitu
benci, ini semua karena ada unsur abstrak atau tidak konkret yang ikut
berperan di dalam dunia ini.. Jadi, yang konkret tidak lebih penting
dari yg abstrak dan yg abstrak jauh lebih berperan daripada yg konkret
ini. Itu sebabnya, kemuliaan justru tidak disangkutpautkan dengan
materi. Orang biasa beranggapan kalau mempunyai giwang dengan berlian
yang beberapa karat besarnya, atau mempunyai mutiara yang begitu
cemerlang, tentu akan menarik orang, karena itu adalah kekayaan yang
besar. Tetapi tidaklah demikian, kemuliaan tidak terletak pada berlian,
pada perhiasan, atau pada pakaian yang bagus, kemuliaan justru terletak
di dalam unsur abstrak: karakter atau kepribadian seseorang. Itu
sebabnya, kita akan memikirkan tentang kemuliaan.
Mengapa
segala kemuliaan harus kembali kepada Tuhan Allah? Kemuliaan mempunyai
substansi yg menjadi pangkalan bagi penghargaan. Kita menghormati atau
menghargai seseorang, justru karena dibalik orang yang kita hormati itu
terdapat suatu substansi rohaniah yang melampaui nilai jasmani. Dan
substansi rohaniah itu adalah Tuhan sendiri. Apakah arti kemuliaan?
Kemulian berasal dari Tuhan n Tuhan sendiri adlh penghargaan yg
tertinggi, nilai yang tertinggi, diri-Nya merupakan sumber segala
penghargaan dan kehormatan. Sebab itu, tatkala manusia diciptakan
menurut peta & teladan Allah. Alkitab menulis, "Allah memahkotai
manusia dengan kemuliaan dan kehormatan." Manusia mempunyai kehormatan
dan kemuliaan sebagai mahkota. Mahkota ini berasal dari Tuhan. Itu
sebabnya, Tuhan adalah sumber kehormatan, sumber penghargaan, sumber
kemuliaan. Yesus Kristus berkata, "Kemuliaan yang Kuterima, bukan dari
manusia, melainkan dari Allah saja."
Injil
Yohanes pasal 17 merupakan satu-satunya pasal yang mencatat bahwa Anak
Allah yang suci itu berbicara kepada Allah Bapa yang suci. Semua isi doa
itu diwahyukan kepada manusia. Sebenarnya, apa yang dibicarakan antara
Allah Anak, Allah Bapa, dan Allah Roh Kudus selalu tidak kita ketahui.
Tetapi, pasal 17 merupakan satu-satunya pasal, di mana seluruh pasal,
kecuali kalimat pertama, berisi doa sang Anak kepada Bapa dalam bentuk
literatur manusia, tetapi isinya adalah komunikasi antara Anak dan Bapa.
Dalam pasal itu, kita melihat doa yang luar biasa. Yesus Kristus
mengatakan, "Muliakanlah Aku, sebagaimana Aku di dunia sudah memuliakan
Engkau. Tuhan Yesus meminta supaya Bapa memuliakan Dia, apakah sebabnya?
Sebab Dia sudah memuliakan Bapa. Maka, di sini kita dapat melihat,
kemuliaan bersubstansi realita pada diri Bapa. Bapa menciptakan manusia
dan mengutus Yesus ke dalam dunia ciptaan- Nya, justru untuk menyatakan
kemuliaan Bapa itu sendiri. Sebab itu, sesuai dengan Kitab Yes. 43:7,
eksistensi hidup kita justru untuk memuliakan Tuhan Allah. Tetapi, hal
ini sering tidak kita sadari atau insyafi.
Dalam
Injil Yoh 12:28, Yesus Kristus berkata, "Bapa, muliakanlah nama-Mu".
Maka terdengarlah suara dari surga, "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku
akan memuliakan-Nya lagi." Tuhan Allah, sumber kemuliaan menginginkan
manusia untk memuliakan Dia. Barangsiapa memuliakan Tuhan, Tuhan rela
memuliakan Dia pula. Kemuliaan bersubstansi Tuhan Allah dan kemuliaan
itu diwujudkan atau dinyatakan, sehingga kemuliaan menjadi suatu dasar
kebudayaan, kredibilitas kepribadian, dan keagungan dari pada sejarah
dan pemancaran moral. Kemuliaan itu diwujudkan melalui beberapa tahap:
1. Allah menyatakan kemuliaan-Nya
melalui inkarnasi.
Selain
penciptaan, di mana Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk menyatakan
kemuliaan-Nya, pernyataan kemuliaan yang paling konkret di dalam sejarah
adalah melalui inkarnasi. Dari Injil Yohanes 1:14,18, kita melihat:
pertama, substansi kemuliaan adalah Allah sendiri. Pernyataan kemuliaan,
pertama-tama dapat kita lihat di dalam inkarnasi, yaitu Kristus menjadi
manusia. Allah datang ke dalam dunia manusia, Roh menjadi daging, yang
tidak kelihatan sekarang menjadi kelihatan, dari dunia mutlak masuk ke
dalam dunia relatif. Dia menjadi manusia. Di sini dikatakan, kita sudah
melihat kemuliaan Allah di dalam diri Kristus, Anak Allah yang tunggal
yang dikaruniakan kepada manusia. Dalam ayat 18 dikatakan, "Tidak ada
orang yang pernah melihat Allah, hanya Kristus, Anak tunggal Allah, yang
berada di dalam pangkuan Allah itu, menyatakan Tuhan Allah kepada
kita." Baca lagi, Kitab Ibrani 1:1-3. Ayat yang paling jelas,
menjelaskan siapakah Kristus di dalam alam semesta. Kita melihat
Kristus, jauh lebih besar daripada apa yg kita tahu.
Berapa
Besarnya Kristus?" berapa besar menurut pengertian Anda, akan
mempengaruhi iman dan nilai hidup dalam seumur hidup Anda. Seluruh hidup
Anda akan ditetapkan penilaiannya dengan pengertianmu tentang berapa
besar Kristus, Kristus selalu lebih besar daripada apa yang bisa kita
bayangkan. Kalau kita mengira Kristus sedemikian besar, Dia lebih besar
daripada itu.
Siapakah Kristus?
a. Kristus ditetapkan berhak mewarisi
sesuatu.
b. Kristus ditetapkan menjadi pencipta
segala sesuatu.
c.
Kristus ditetapkan menjadi penopang segala sesuatu.
Kristus adalah Kristus kosmos,
Kristus alam semesta, Pencipta alam semesta, Penopang alam semesta, dan
Pewaris alam semesta. Segala sesuatu adalah dari Dia, segala sesuatu
bersandar kepada Dia, dan segala sesuatu kembali kepada Dia. Puji Tuhan!
Di sini kita dapat melihat bahwa Dia adalah cahaya dari kemuliaan Allah
dan gambar wujud Allah, yaitu ´Allah berada di dalam cahaya yang tidak
kelihatan, tetapi Kristus adalah cahaya Allah yang dapat kita lihat.
Umpama saya bertanya kepada Saudara, pernahkah Saudara melihat matahari?
Saudara akan menjawab, setiap hari saya melihat matahari, bahkan sejak
kecil saya sudah melihatnya. Saya bertanya lagi, sanggupkah Saudara
menatap matahari? Saudara mulai merasa ragu, apa maksud pertanyaan ini?
mengapa Anda menanyakan hal ini? Saya berkata, Saudara belum pernah
melihat matahari secara langsung. Dari ketiga pertanyaan tadi, pernahkah
melihat matahari? Betulkah Saudara sudah melihatnya? Saudara belum
pernah melihat langsung, tapi Saudara pasti tahu, ada suatu rahasia
dibalik pertanyaan itu. Sebenarnya, kita tidak pernah melihat matahari,
kita hanya melihat cahaya matahari. Yang kita lihat bukan mataharinya,
tapi cahayanya. Kita belum pernah melihat matahari, kita hanya melihat
satu substansi yang bercahaya begitu jelas, waktu kita melihat, kita
tahu itu matahari, padahal yang kita lihat bukan elemen dari matahari
sendiri, namun hanyalah cahaya yang mengeluarkan sinar, yg bersumber
& beradiasi dari matahari. Itu sebabnya, tak seorang pun yang bisa
melihat Allah, yg kita lihat adalah cahaya Allah itu sendiri. Ayat tadi
mengatakan, "Dia adalah cahaya kemuliaan Allah, dan gambar wujud Allah",
itu sebabnya kita masuk ke bagian lebih yg dalam.
Pada
waktu inkarnasi itu sudah terjadi, maka keberadaan Yesus, itu adalah
wujud yang konkret, wakil yang mewakili kemuliaan Allah. Sebab itu,
Yesus Kristus berani mengatakan satu kalimat, yang belum pernah, tidak
mungkin, tidak akan pernah mungkin, tidak ada yang berani atau boleh
diucapkan oleh siapa pun di dalam sejarah. "Kamu melihat Aku, bukan
melihat Aku, melainkan melihat Dia, yang mengutus Aku." Dari fenomena
agama umum, orang Yahudi tak mungkin pernah mengerti kalimat itu. Karena
mereka tahu, Allah tidak bisa dilihat. Saat manusia melihat Allah
dengan mata jasmani, saat itu pula manusia mati. Inilah pengertian orang
Yahudi. Itu sebabnya, waktu Yesus mengatakan kalimat itu, mereka
mengatakan Dia menghujat Allah. Padahal, Yesus Kristus tidak menghujat
Allah. Tetapi Dia mengatakan satu fakta, karena Dia adalah satu- satunya
cahaya kemuliaan Allah, satu-satunya wujud Dia, Dia adalah satu-satunya
cahaya kemuliaan Allah, satu- satunya wujud substansi Allah, dan
satu-satunya yang bisa menyatakan Allah yang tidak tampak. Kristus
adalah wakil Allah di dalam dunia.
Kemuliaan
yang bagaimana yang dipancarkan Yesus? "Kemuliaan dipancarkan melalui
hidup-Nya, melalui sengsara-Nya." Pada waktu Dia diumpat, difitnah, Dia
sangat tenang. Kemuliaan Yesus, kemuliaan Ilahi mutlak dan tidak
terbatas. Perhatikan teladan Yesus yang menyatakan kemuliaan Allah,
pernah dinyatakan sampai puncaknya secara konkret di Alkitab. Injil
Matius 17:2 mengatakan, "Wajah-Nya seperti matahari, pakaian-Nya seperti
terang yang besar." Di dalam Alkitab, hal seperti ini pernah terjadi 3
kali: Pertama kali, waktu Yesus masih hidup di dunia. Kedua, waktu Dia
memanggil Paulus. Lalu ketiga, waktu Dia menyatakan diri kepada Yohanes,
rasul termuda di pulau Patmos. Ketiga-tiganya memberikan satu kesan
bahwa Dia lebih bercahaya dibanding dengan matahari, sehingga pada waktu
siang hari, waktu paling terang, Paulus justru melihat cahaya yang
lebih terang daripada matahari. Bukan saja demikian, Yohanes melihat,
Dia mempunyai mata seperti api yang menyala-nyala. Yesus Kristus adalah
kemuliaan yang diwujudkan di dalam dunia. Pada waktu Petrus tua, dia
melukiskan istilah kemuliaan hanya satu kali saja, istilah yang luar
biasa berbeda dengan semua istilah yang ada di dalam Kitab Suci. 2Petrus
1:16, dalam terjemahan bahasa Indonesia "kebesaran- Nya", tetapi dalam
bahasa Inggris "His majesty". Kata ´majesty´ dipakai untuk melukiskan
keagungan seorang raja. Pada waktu Petrus menulis ayat ini, ia berkata,
"Karena kami pernah melihat dengan mata sendiri, satu ´majesty´ atau
kemuliaan yang dahsyat dari Tuhan sendiri." Mengapa Petrus yang
menuliskan hal ini? Karena Petrus, Yakobus, dan Yohanes tiga orang yang
pernah melihat Yesus Kristus menyatakan kemuliaan Allah, melalui
perubahan wajah; transfiguration; ´change His figure´. Bukan saja
demikian, kita juga dapat membaca dari Wahyu 1:16-17, Kristus menyatakan
diri dengan begitu mulia.
2. Apa yang disebut dengan kemuliaan
Allah?
Pertama,
kemuliaan Allah di dalam diri Kristus melalui inkarnasi. Kedua,
kemuliaan Allah di dalam anugerah penebusan. Ini merupakan kemuliaan
yang paling puncak, yang boleh kita terima di dalam pengalaman kita
masing-masing. Kita bukan hanya mengenal Dia, tetapi kita mengalami.
Kita bukan hanya mengetahui Dia, tetapi kita memiliki Dia melalui
anugerah kemuliaan. Baca Efesus 1:6. "Kasih karunia yang mulia atau
anugerah kemuliaan Tuhan. Apakah ini? Ini adalah kemuliaan yang bersifat
paradoks. Anugerah kemuliaan di dalam penebusan itu bersifat paradoks
artinya, justru semua kemuliaan itu tersimpan. Hal ini, dalam theologia Martin Luther disebut
sebagai ´the hiddeness of God´: suatu ketersembunyian dari Tuhan Allah.
Martin Luther menggambarkan dua macam hal yang kita kenal tentang
Kristus, ´the glory of Christ and the cross of Christ´. Kita harus mengerti mengenai Kristus
yang tersalib dan Kristus yang mulia. Banyak orang hanya mau Kristus
yang mulia, tetapi tidak mau Kristus yang tersalib. Martin Luther
mengatakan, "Dua-duanya penting. Sebagaimana kita menyaksikan bulan,
yang menghadapkan kita pada satu aspek, sedangkan aspek yang lain tidak
pernah bisa kita lihat, kecuali kita melintasinya dengan roket yang
melebihi tempat itu, barulah kita bisa melihat belakangnya." Demikian
juga Allah menyatakan kepada kita, aspek-aspek yang rela Dia wahyukan,
tetapi aspek yang tidak dinyatakan, kita tidak tahu itu. Itu disebut
sebagai ´the hiddenness of God´.
Perhatikan,
kemuliaan Allah yang kita lihat adalah Kristus yang menjadi contoh
teladan moral dan hidup yang mewakili Allah di dalam dunia ini dan yang
dahsyat kemuliaan-Nya, yang pernah Dia nyatakan kepada tiga orang
murid-Nya dan Paulus. Tetapi kita mau melihat sifat paradoks dari aspek
yg lain, yaitu kemuliaan yg terembunyi. Ketika raja menutup pakaian
kerajaannya dengan pakaian pengemis, jangan Anda kira bahwa dia adalah
seorang pengemis. Biar pun secara lahiriah, dia seorang yg miskin,
tetapi dia adalah tetap seorang raja yg berhak duduk di atas tahta.
Demikian juga pada waktu kita melihat kemuliaan yang tersembunyi, itu
berarti kemuliaan paradoks. Pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib,
di manakah kemuliaan Allah? Tidak ada. Pada waktu itu, seluruhnya sudah
menjadi tertutup, kebijaksanaan dan kuasa-Nya tidak kelihatan dan segala
kemungkinan kemuliaan sudah tertudung, sehingga orang melihat salib,
tempat yang bukan menyatakan kemuliaan, melainkan tempat yg memalukan.
Salib adalah tempat yang sangat memalukan, tetapi Allah justru
menyatakan bahwa inilah anugerah kemuliaan (bdk 1Kor 1:25).Kemuliaan
penebusan adalah kemuliaan yang ditudung anugerah yang tersembunyi,
yaitu kemuliaan yang menjadi ujian bagi iman seluruh umat manusia.
3. Dengan apa kita memuliakan Allah?
Sekarang,
kita masuki bagian terakhir, saya akan membahas dengan ringkas, dengan
apa kita memuliakan Allah?
a.
Dengan hidup yang ada, hidup yang diciptakan.
b. Dengan pengalaman penebusan, kita
memuliakan Allah.
c.
Dengan perbuatan dan kesempatan untuk bersaksi (Matius
5:13-16).
d.
Di dalam kesengsaraan dan dengan mulut kita.
Kita
perlu menderita bagi Tuhan supaya bisa mendapat kemuliaan. Sebab itu,
waktu kita menderita bagi Tuhan, biarlah kita memakai mulut kita untuk
memuliakan Allah. Pada waktu penganiayaan, kita tetap harus memuliakan
Allah. Puji Tuhan! Ia ada dalam seumur hidup kita, kita harus memuliakan
Allah.
Siapakah orang yang memuliakan Allah?
Mungkin Saudara berkata, orang-orang yang pandai menyanyi atau yang
sering berkhotbah. Jika hanya orang yang berkhotbah dan yang menyanyi,
yang memuliakan Allah, maka hanya segelintir orang Kristen di mimbar
saja yang bisa memuliakan Allah. Setiap orang Kristen dapat memuliakan
Allah dengan kesaksiannya. Masyarakat mengetahui bahwa kita adalah orang
Kristen, kita tidak bisa omong kosong saja, kita harus melakukan
semuanya dengan baik untuk memuliakan nama Tuhan.
Ayat ini mudah kita baca, namun masyarakat
akan mempermalukan Allah kita, karena hidup kita yang sembrono. Kita
harus memuliakan Allah di dalam usaha kita, di dalam study kita, di
dalam keluarga kita, dan di dalam pergaulan kita.Soli Deo Gloria...!!