Welcome

Bekerjalah Untuk Makanan Yang Tidak Dapat Binasa....!!!

Saturday 25 June 2011

To GOD be The Glory

GLORY TO GOD

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya."
(Roma 11:36)

´Glory to God´ menjadi satu istilah, satu pemikiran yang begitu unik di dalam kekristenan dan tidak ditemui pada agama-agama lain. Agama lain lebih merasa takut kepada Tuhan, karena ilah mereka memberikan unsur kontrol kepada kepribadian. Tetapi dalam kekristenan tidaklah demikian. Dalam Kitab Yes 43:7 dikatakan dengan jelas, "Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku." Sebab itu, di dalam diri manusia, kita melihat peta dan teladan Tuhan, yaitu pancaran kemuliaan Tuhan yg mewakili sang Pencipta. 

Apakah arti kemuliaan Tuhan itu? Istilah kemuliaan memang abstrak, tidak konkret, dan tidak berwujud. Tetapi, kemuliaan merupakan satu hal yang mau tidak mau akan mempengaruhi hidup kita. Mengapa kita takut nama kita dicemarkan oleh orang lain? Mengapa kita takut difitnah orang? Mengapa kalau ada orang yang salah ketika memberi informasi tentang kita, kita marah? Mengapa kita selalu membela sesuatu yang seharusnya tidak dirugikan, tetapi sudah dirugikan? Mengapa kita selalu berdebat? Ini semua karena ada unsur abstrak, unsur yang melampaui kekonkretan jasmaniah yang memang berada di dalam kebudayaan. Kita membutuhkan nama baik, membutuhkan kredibilitas, dan membutuhkan kepercayaan dari orang lain. Semua itu karena apa? Unsur kemuliaan. Meskipun sama-sama manusia, tetapi ada yg begitu bercahaya karakternya, ada yg begitu gelap hidupnya, ada yg begitu menyenangkan orang lain, dan ada yang membuat orang lain begitu benci, ini semua karena ada unsur abstrak atau tidak konkret yang ikut berperan di dalam dunia ini.. Jadi, yang konkret tidak lebih penting dari yg abstrak dan yg abstrak jauh lebih berperan daripada yg konkret ini. Itu sebabnya, kemuliaan justru tidak disangkutpautkan dengan materi. Orang biasa beranggapan kalau mempunyai giwang dengan berlian yang beberapa karat besarnya, atau mempunyai mutiara yang begitu cemerlang, tentu akan menarik orang, karena itu adalah kekayaan yang besar. Tetapi tidaklah demikian, kemuliaan tidak terletak pada berlian, pada perhiasan, atau pada pakaian yang bagus, kemuliaan justru terletak di dalam unsur abstrak: karakter atau kepribadian seseorang. Itu sebabnya, kita akan memikirkan tentang kemuliaan.

Mengapa segala kemuliaan harus kembali kepada Tuhan Allah? Kemuliaan mempunyai substansi yg menjadi pangkalan bagi penghargaan. Kita menghormati atau menghargai seseorang, justru karena dibalik orang yang kita hormati itu terdapat suatu substansi rohaniah yang melampaui nilai jasmani. Dan substansi rohaniah itu adalah Tuhan sendiri. Apakah arti kemuliaan? Kemulian berasal dari Tuhan n Tuhan sendiri adlh penghargaan yg tertinggi, nilai yang tertinggi, diri-Nya merupakan sumber segala penghargaan dan kehormatan. Sebab itu, tatkala manusia diciptakan menurut peta & teladan Allah. Alkitab menulis, "Allah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan kehormatan." Manusia mempunyai kehormatan dan kemuliaan sebagai mahkota. Mahkota ini berasal dari Tuhan. Itu sebabnya, Tuhan adalah sumber kehormatan, sumber penghargaan, sumber kemuliaan. Yesus Kristus berkata, "Kemuliaan yang Kuterima, bukan dari manusia, melainkan dari Allah saja."

Injil Yohanes pasal 17 merupakan satu-satunya pasal yang mencatat bahwa Anak Allah yang suci itu berbicara kepada Allah Bapa yang suci. Semua isi doa itu diwahyukan kepada manusia. Sebenarnya, apa yang dibicarakan antara Allah Anak, Allah Bapa, dan Allah Roh Kudus selalu tidak kita ketahui. Tetapi, pasal 17 merupakan satu-satunya pasal, di mana seluruh pasal, kecuali kalimat pertama, berisi doa sang Anak kepada Bapa dalam bentuk literatur manusia, tetapi isinya adalah komunikasi antara Anak dan Bapa. Dalam pasal itu, kita melihat doa yang luar biasa. Yesus Kristus mengatakan, "Muliakanlah Aku, sebagaimana Aku di dunia sudah memuliakan Engkau. Tuhan Yesus meminta supaya Bapa memuliakan Dia, apakah sebabnya? Sebab Dia sudah memuliakan Bapa. Maka, di sini kita dapat melihat, kemuliaan bersubstansi realita pada diri Bapa. Bapa menciptakan manusia dan mengutus Yesus ke dalam dunia ciptaan- Nya, justru untuk menyatakan kemuliaan Bapa itu sendiri. Sebab itu, sesuai dengan Kitab Yes. 43:7, eksistensi hidup kita justru untuk memuliakan Tuhan Allah. Tetapi, hal ini sering tidak kita sadari atau insyafi.

Dalam Injil Yoh 12:28, Yesus Kristus berkata, "Bapa, muliakanlah nama-Mu". Maka terdengarlah suara dari surga, "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi." Tuhan Allah, sumber kemuliaan menginginkan manusia untk memuliakan Dia. Barangsiapa memuliakan Tuhan, Tuhan rela memuliakan Dia pula. Kemuliaan bersubstansi Tuhan Allah dan kemuliaan itu diwujudkan atau dinyatakan, sehingga kemuliaan menjadi suatu dasar kebudayaan, kredibilitas kepribadian, dan keagungan dari pada sejarah dan pemancaran moral. Kemuliaan itu diwujudkan melalui beberapa tahap:

1. Allah menyatakan kemuliaan-Nya melalui inkarnasi.
Selain penciptaan, di mana Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk menyatakan kemuliaan-Nya, pernyataan kemuliaan yang paling konkret di dalam sejarah adalah melalui inkarnasi. Dari Injil Yohanes 1:14,18, kita melihat: pertama, substansi kemuliaan adalah Allah sendiri. Pernyataan kemuliaan, pertama-tama dapat kita lihat di dalam inkarnasi, yaitu Kristus menjadi manusia. Allah datang ke dalam dunia manusia, Roh menjadi daging, yang tidak kelihatan sekarang menjadi kelihatan, dari dunia mutlak masuk ke dalam dunia relatif. Dia menjadi manusia. Di sini dikatakan, kita sudah melihat kemuliaan Allah di dalam diri Kristus, Anak Allah yang tunggal yang dikaruniakan kepada manusia. Dalam ayat 18 dikatakan, "Tidak ada orang yang pernah melihat Allah, hanya Kristus, Anak tunggal Allah, yang berada di dalam pangkuan Allah itu, menyatakan Tuhan Allah kepada kita." Baca lagi, Kitab Ibrani 1:1-3. Ayat yang paling jelas, menjelaskan siapakah Kristus di dalam alam semesta. Kita melihat Kristus, jauh lebih besar daripada apa yg kita tahu.

Berapa Besarnya Kristus?" berapa besar menurut pengertian Anda, akan mempengaruhi iman dan nilai hidup dalam seumur hidup Anda. Seluruh hidup Anda akan ditetapkan penilaiannya dengan pengertianmu tentang berapa besar Kristus, Kristus selalu lebih besar daripada apa yang bisa kita bayangkan. Kalau kita mengira Kristus sedemikian besar, Dia lebih besar daripada itu. 

Siapakah Kristus?
a. Kristus ditetapkan berhak mewarisi sesuatu.
b. Kristus ditetapkan menjadi pencipta segala sesuatu.
c. Kristus ditetapkan menjadi penopang segala sesuatu.

Kristus adalah Kristus kosmos, Kristus alam semesta, Pencipta alam semesta, Penopang alam semesta, dan Pewaris alam semesta. Segala sesuatu adalah dari Dia, segala sesuatu bersandar kepada Dia, dan segala sesuatu kembali kepada Dia. Puji Tuhan! Di sini kita dapat melihat bahwa Dia adalah cahaya dari kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah, yaitu ´Allah berada di dalam cahaya yang tidak kelihatan, tetapi Kristus adalah cahaya Allah yang dapat kita lihat. Umpama saya bertanya kepada Saudara, pernahkah Saudara melihat matahari? Saudara akan menjawab, setiap hari saya melihat matahari, bahkan sejak kecil saya sudah melihatnya. Saya bertanya lagi, sanggupkah Saudara menatap matahari? Saudara mulai merasa ragu, apa maksud pertanyaan ini? mengapa Anda menanyakan hal ini? Saya berkata, Saudara belum pernah melihat matahari secara langsung. Dari ketiga pertanyaan tadi, pernahkah melihat matahari? Betulkah Saudara sudah melihatnya? Saudara belum pernah melihat langsung, tapi Saudara pasti tahu, ada suatu rahasia dibalik pertanyaan itu. Sebenarnya, kita tidak pernah melihat matahari, kita hanya melihat cahaya matahari. Yang kita lihat bukan mataharinya, tapi cahayanya. Kita belum pernah melihat matahari, kita hanya melihat satu substansi yang bercahaya begitu jelas, waktu kita melihat, kita tahu itu matahari, padahal yang kita lihat bukan elemen dari matahari sendiri, namun hanyalah cahaya yang mengeluarkan sinar, yg bersumber & beradiasi dari matahari. Itu sebabnya, tak seorang pun yang bisa melihat Allah, yg kita lihat adalah cahaya Allah itu sendiri. Ayat tadi mengatakan, "Dia adalah cahaya kemuliaan Allah, dan gambar wujud Allah", itu sebabnya kita masuk ke bagian lebih yg dalam.

Pada waktu inkarnasi itu sudah terjadi, maka keberadaan Yesus, itu adalah wujud yang konkret, wakil yang mewakili kemuliaan Allah. Sebab itu, Yesus Kristus berani mengatakan satu kalimat, yang belum pernah, tidak mungkin, tidak akan pernah mungkin, tidak ada yang berani atau boleh diucapkan oleh siapa pun di dalam sejarah. "Kamu melihat Aku, bukan melihat Aku, melainkan melihat Dia, yang mengutus Aku." Dari fenomena agama umum, orang Yahudi tak mungkin pernah mengerti kalimat itu. Karena mereka tahu, Allah tidak bisa dilihat. Saat manusia melihat Allah dengan mata jasmani, saat itu pula manusia mati. Inilah pengertian orang Yahudi. Itu sebabnya, waktu Yesus mengatakan kalimat itu, mereka mengatakan Dia menghujat Allah. Padahal, Yesus Kristus tidak menghujat Allah. Tetapi Dia mengatakan satu fakta, karena Dia adalah satu- satunya cahaya kemuliaan Allah, satu-satunya wujud Dia, Dia adalah satu-satunya cahaya kemuliaan Allah, satu- satunya wujud substansi Allah, dan satu-satunya yang bisa menyatakan Allah yang tidak tampak. Kristus adalah wakil Allah di dalam dunia.

Kemuliaan yang bagaimana yang dipancarkan Yesus? "Kemuliaan dipancarkan melalui hidup-Nya, melalui sengsara-Nya." Pada waktu Dia diumpat, difitnah, Dia sangat tenang. Kemuliaan Yesus, kemuliaan Ilahi mutlak dan tidak terbatas. Perhatikan teladan Yesus yang menyatakan kemuliaan Allah, pernah dinyatakan sampai puncaknya secara konkret di Alkitab. Injil Matius 17:2 mengatakan, "Wajah-Nya seperti matahari, pakaian-Nya seperti terang yang besar." Di dalam Alkitab, hal seperti ini pernah terjadi 3 kali: Pertama kali, waktu Yesus masih hidup di dunia. Kedua, waktu Dia memanggil Paulus. Lalu ketiga, waktu Dia menyatakan diri kepada Yohanes, rasul termuda di pulau Patmos. Ketiga-tiganya memberikan satu kesan bahwa Dia lebih bercahaya dibanding dengan matahari, sehingga pada waktu siang hari, waktu paling terang, Paulus justru melihat cahaya yang lebih terang daripada matahari. Bukan saja demikian, Yohanes melihat, Dia mempunyai mata seperti api yang menyala-nyala. Yesus Kristus adalah kemuliaan yang diwujudkan di dalam dunia. Pada waktu Petrus tua, dia melukiskan istilah kemuliaan hanya satu kali saja, istilah yang luar biasa berbeda dengan semua istilah yang ada di dalam Kitab Suci. 2Petrus 1:16, dalam terjemahan bahasa Indonesia "kebesaran- Nya", tetapi dalam bahasa Inggris "His majesty". Kata ´majesty´ dipakai untuk melukiskan keagungan seorang raja. Pada waktu Petrus menulis ayat ini, ia berkata, "Karena kami pernah melihat dengan mata sendiri, satu ´majesty´ atau kemuliaan yang dahsyat dari Tuhan sendiri." Mengapa Petrus yang menuliskan hal ini? Karena Petrus, Yakobus, dan Yohanes tiga orang yang pernah melihat Yesus Kristus menyatakan kemuliaan Allah, melalui perubahan wajah; transfiguration; ´change His figure´. Bukan saja demikian, kita juga dapat membaca dari Wahyu 1:16-17, Kristus menyatakan diri dengan begitu mulia.

2. Apa yang disebut dengan kemuliaan Allah?
Pertama, kemuliaan Allah di dalam diri Kristus melalui inkarnasi. Kedua, kemuliaan Allah di dalam anugerah penebusan. Ini merupakan kemuliaan yang paling puncak, yang boleh kita terima di dalam pengalaman kita masing-masing. Kita bukan hanya mengenal Dia, tetapi kita mengalami. Kita bukan hanya mengetahui Dia, tetapi kita memiliki Dia melalui anugerah kemuliaan. Baca Efesus 1:6. "Kasih karunia yang mulia atau anugerah kemuliaan Tuhan. Apakah ini? Ini adalah kemuliaan yang bersifat paradoks. Anugerah kemuliaan di dalam penebusan itu bersifat paradoks artinya, justru semua kemuliaan itu tersimpan. Hal ini, dalam theologia Martin Luther disebut sebagai ´the hiddeness of God´: suatu ketersembunyian dari Tuhan Allah. Martin Luther menggambarkan dua macam hal yang kita kenal tentang Kristus, ´the glory of Christ and the cross of Christ´. Kita harus mengerti mengenai Kristus yang tersalib dan Kristus yang mulia. Banyak orang hanya mau Kristus yang mulia, tetapi tidak mau Kristus yang tersalib. Martin Luther mengatakan, "Dua-duanya penting. Sebagaimana kita menyaksikan bulan, yang menghadapkan kita pada satu aspek, sedangkan aspek yang lain tidak pernah bisa kita lihat, kecuali kita melintasinya dengan roket yang melebihi tempat itu, barulah kita bisa melihat belakangnya." Demikian juga Allah menyatakan kepada kita, aspek-aspek yang rela Dia wahyukan, tetapi aspek yang tidak dinyatakan, kita tidak tahu itu. Itu disebut sebagai ´the hiddenness of God´.

Perhatikan, kemuliaan Allah yang kita lihat adalah Kristus yang menjadi contoh teladan moral dan hidup yang mewakili Allah di dalam dunia ini dan yang dahsyat kemuliaan-Nya, yang pernah Dia nyatakan kepada tiga orang murid-Nya dan Paulus. Tetapi kita mau melihat sifat paradoks dari aspek yg lain, yaitu kemuliaan yg terembunyi. Ketika raja menutup pakaian kerajaannya dengan pakaian pengemis, jangan Anda kira bahwa dia adalah seorang pengemis. Biar pun secara lahiriah, dia seorang yg miskin, tetapi dia adalah tetap seorang raja yg berhak duduk di atas tahta. Demikian juga pada waktu kita melihat kemuliaan yang tersembunyi, itu berarti kemuliaan paradoks. Pada waktu Yesus dipaku di atas kayu salib, di manakah kemuliaan Allah? Tidak ada. Pada waktu itu, seluruhnya sudah menjadi tertutup, kebijaksanaan dan kuasa-Nya tidak kelihatan dan segala kemungkinan kemuliaan sudah tertudung, sehingga orang melihat salib, tempat yang bukan menyatakan kemuliaan, melainkan tempat yg memalukan. Salib adalah tempat yang sangat memalukan, tetapi Allah justru menyatakan bahwa inilah anugerah kemuliaan (bdk 1Kor 1:25).Kemuliaan penebusan adalah kemuliaan yang ditudung anugerah yang tersembunyi, yaitu kemuliaan yang menjadi ujian bagi iman seluruh umat manusia.

3. Dengan apa kita memuliakan Allah?

Sekarang, kita masuki bagian terakhir, saya akan membahas dengan ringkas, dengan apa kita memuliakan Allah?
a. Dengan hidup yang ada, hidup yang diciptakan.
b. Dengan pengalaman penebusan, kita memuliakan Allah.
c. Dengan perbuatan dan kesempatan untuk bersaksi (Matius 5:13-16).
d. Di dalam kesengsaraan dan dengan mulut kita.

Kita perlu menderita bagi Tuhan supaya bisa mendapat kemuliaan. Sebab itu, waktu kita menderita bagi Tuhan, biarlah kita memakai mulut kita untuk memuliakan Allah. Pada waktu penganiayaan, kita tetap harus memuliakan Allah. Puji Tuhan! Ia ada dalam seumur hidup kita, kita harus memuliakan Allah.

Siapakah orang yang memuliakan Allah? Mungkin Saudara berkata, orang-orang yang pandai menyanyi atau yang sering berkhotbah. Jika hanya orang yang berkhotbah dan yang menyanyi, yang memuliakan Allah, maka hanya segelintir orang Kristen di mimbar saja yang bisa memuliakan Allah. Setiap orang Kristen dapat memuliakan Allah dengan kesaksiannya. Masyarakat mengetahui bahwa kita adalah orang Kristen, kita tidak bisa omong kosong saja, kita harus melakukan semuanya dengan baik untuk memuliakan nama Tuhan.
Ayat ini mudah kita baca, namun masyarakat akan mempermalukan Allah kita, karena hidup kita yang sembrono. Kita harus memuliakan Allah di dalam usaha kita, di dalam study kita, di dalam keluarga kita, dan di dalam pergaulan kita.
Soli Deo Gloria...!!