Welcome

Bekerjalah Untuk Makanan Yang Tidak Dapat Binasa....!!!

Saturday, 25 June 2011

Pemuda dan Tantangannya

Pemuda dan Tantangannya

Hidup sebagai pemuda memang banyak tantangannya. Namun sebelum masuk kepada topik ini kita mesti memiliki konsep yang jelas dimanakah tempat kita dalam hidup ini. Jikalau kita tidak memiliki pemahaman yang jelas dimanakah tempat kita dalam hidup ini, kita dapat diibaratkan dengan daun yang tertiup oleh angin dan terhempas ke mana-mana. Tapi kalau kita sudah menyadari dimanakah tempat kita dalam hidup ini, kita akan lebih bisa berakar, kita lebih bisa teguh. Ada orang-orang yang sampai tua pun tidak menyadari dimanakah tempatnya dalam hidup ini, sehingga mereka terus menjadi orang yang terombang-ambing. Sedangkan ada juga orang-orang yang bahkan pada usia muda sudah mengetahui dengan jelas tempatnya dalam hidup ini. Kita bisa melihat meskipun mereka masih usia muda tetapi mereka memiliki kemantapan. Apa yang saya maksud dengan tempat ini. Istilah tempat bisa bermakna banyak, namun salah satunya yang saya kira penting adalah tempat mengacu pada apa karunia kita, apa jalur karier kita dalam hidup ini. Tidak bisa tidak jalur karier atau pekerjaan kita itu berpengaruh besar terhadap tujuan hidup ini. Kalau kita tidak mengetahui jelas apa itu yang bisa kita lakukan dalam hidup, apa itu jalur karier yang harus kita tempuh, maka kita sukar sekali menetapkan tujuan hidup kita. Memang secara kasar secara umum kita bisa berkata kita hidup untuk memuliakan Tuhan. Bukan lagi kita hidup untuk diri sendiri kita hidup sekarang untuk Tuhan. Namun secara kongkretnya apa itu yang harus kita lakukan hari lepas hari. Berbahagialah kita yang sudah jelas mengetahui jalur karier kita ini. Setidak-tidaknya jalur karier ini menempatkan kita di rel yang akan mengarah pada tujuan hidup kita itu pula. Tetapi selain profesi dan karier tentu ada masalah lain yaitu masalah menentukan pasangan hidup atau teman hidupnya. Ini termasuk bagian yang cukup sulit yang harus dihadapi oleh pemuda.

Pertama kita akan mencoba melihat dahulu tahapan sebelum masuk ke usia pemuda yakni usia remaja. Sebab apa yang terjadi di masa pemuda sebetulnya sudah mulai terjadi di masa remaja dan di masa remajalah kita meletakkan fondasinya. Menurut seseorang bernama Erik Erikson, pada masa remaja seseorang itu berkesempatan membangun jati dirinya, siapakah dia itu.
 
Kalau dia berhasil menemukan dan membangun jati dirinya dia menjadi seseorang yang mantap. Dia tahu siapa dia di tengah-tengah kerumunan teman-temannya. Dia tidak terhilang di lautan teman. Tapi sebaliknya juga dia memiliki konsep diri yang juga realistik, sehingga dia tidak menjadi seseorang yg menonjol dan besar sendirian di tengah-tengah kerumunan temannya. Dgn kata lain dia tahu dirinya dengan pas, kekurangannya, kelebihannya, kebisaannya, keterbatasannya, dan dia bisa merangkul keduanya dengan luwes. Kalau dia bisa menemukan ini semuanya dia akan memasuki usia dewasa dan membangun yang kita sebut keintiman. Sebaliknya kalau dia tidak menemukan dirinya dan dia bingung terus dengan siapa dirinya waktu memasuki usia dewasa bukannya keintiman yang dia bangun malah dia mulailah menarik diri, mengisolasi diri dari orang-orang yang sebetulnya mau dekat dengan dia. Dengan kata lain, kita hanya berani intim atau dekat dengan orang kalau kita memiliki kepercayaan diri yg cukup, kalau kita tidak memiliki kepercayaan diri yg cukup, kita takut dekat dengan orang. Kita takut nanti orang ini mengetahui siapa kita, nanti orang ini menolak mengetahui keterbatasan kita dan sebagainya. Ada orang yang mengisolasi dirinya secara blak-blakan, menyendiri, tidak mau bertemu dengan orang, dan sebagainya, teman-temannya pun tidak ada. Tapi ada sebagian orang yang mengisolasi dirinya secara kamuflase tidak terlihat yaitu dia menjadi orang yang sebetulnya sosial, banyak teman, bergaul, namun semua pertemanannya itu sangat dangkal. Dia menutup pintu sehingga teman-temannya tidak bisa masuk dan mengenal siapa dia. Apapun gaya atau caranya intinya adalah dia memisahkan diri dari lingkungannya sehingga tidak bisa menjalin keintiman. Faktor ini yang akan berpengaruh besar nantinya dalam hal kesiapan seseorang untuk berkeluarga. Sebab berkeluarga menuntut satu syarat yaitu kemampuan kita untuk membagi hidup, untuk dekat dengan orang dan membiarkan orang dekat dengan kita.

Biasanya anak-anak harus melewati tahapan-tahapan secara alamiah itu tdk bisa dikarbit. Apa yg terjadi di masa pemuda sebetulnya itu fondasinya sudah diletakkan di masa remaja, pembentukan jati dirinya itu. Tapi sesungguhnya juga sebelum masa remaja ada masa kanak-kanak dan di situpun masa kanak-kanak sebetulnya juga harus melewati tahapannya dengan baik. Karena kalau tidak akan mempengaruhi masa remajanya.

Ada yang masa anak-anaknya sudah diupayakan untuk diberikan suatu arahan yang baik, tetapi memang perjalanan hidup ini kadang-kadang sulit ditebak. Misalnya karena suatu masalah orang tuanya itu bangkrut, jatuh miskin. Anak ini yang tadinya gampang bergaul tiba-tiba dia menarik diri dari lingkungan temannya. Hal ini bisa terjadi, karena memang bagaimanapun pengaruh kejatuhan orang tuanya ada pada perkembangan jiwanya. Namun kalau anak ini sudah memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai pergaulan yang baik dengan temannya seharusnya kejatuhan ini hanya bersifat sementara dia mungkin menarik diri sebulan, dua bulan namun teman-temannya tidak membiarkan, teman-temannya akan mencoba menghiburnya karena memang relasinya sehat dia berani ngomong apa adanya, teman-temannya juga baik dengan dia, simpati kepadanya, dia ditarik keluar tidak sempat untuk menguburkan diri di dalam lubang. Karena teman-temannya mendukung dia. Nah kebalikannya kalau memang pada dasarnya dia tidak mempunyai jaringan pertemanan yang kuat seperti itu seolah-olah tidak ada penahannya. Waktu dia jatuh ya dia jatuh sendirian dan tidak ada yang mengangkatnya.

Kalau dia sudah memiliki keberanian untuk menjadi dirinya, dilihat apa adanya, membiarkan orang dekat kepadanya, dan mengerti bagaimana dekat dan mengasihi orang, orang-orang ini akan lebih siap memasuki ikatan nikah. Karena mereka siap untuk membagi hidup. Sudah tentu tidak selalu mulus kadang kala tetap orang-orang atau kita juga harus melewati fase-fase kebingungan. Kadang kala ada juga ketakutan, aduh bagaimana ini ya dalam masa berpacaran, cocok atau tidak, nanti bagaimana. Namun yang saya ingin tekankan adalah, ya kalaupun ada ketakutan dan kebingungan tidak apa-apa kita mesti tetap mempertahankan integritas kita. Kenapa saya menekankan ini sebab ada sebagian kita karena takut tidak mendapat jodoh, kita tahu seharusnya kita dapat jodoh akhirnya kita berpura-pura kita menggunakan topeng, sehingga orang tidak tahu siapa kita. Orang hanya tahunya kita seperti ini, kita mengikuti apa yang orang minta. Kita kehilangan diri sendiri atau ada orang yang berbohong jelas-jelas berbohong karena ingin mendapatkan orang yang dikasihinya. Akhirnya masuk dalam ikatan pernikahan, namun sudah menyimpan masalah, ada orang yg misalkan ini wanita menyerahkan tubuhnya takut kehilangan pasangannya supaya apa pasangannya tidak meninggalkannya. Akhirnya menikah juga, jadi saya mau tekankan berhati-hatilah dalam masa persiapan berkeluarga jangan sampai kita mengkompromikan integritas diri kita. Kita mesti berani muncul apa adanya, ditolak apa tidak tetap berani integritas kita, kita pertaruhkan. Jangan berkompromi mengambil jalan-jalan pintas yang tidak benar.

Perlu diketahui bahwa masing-masing kita itu memang diciptakan secara unik , jadi kita tidak perlu kuatir atau harus menyamai orang lain. Memang pada masa pemuda ini tekanannya cukup besar. Karena ada yang sudah mulai sukses kelihatan arahnya, menanjak kariernya. Nah, misalkan kita melihat diri kita kok masih di bawah nah hati-hati dengan godaan-godaan untuk menutupi diri kita, mengkamuflase diri kita, hati-hati itu. Ada orang yang karena ingin tampil bergaya, mampu, beruang justru memeras orang tuanya memberi dia banyak uang padahal orang tuanya tidak punya uang. Supaya apa, di hadapan pacarnya dia tampil orang yang mampu, mempunyai uang yang cukup. Saya ingin tekankan berdoa, bersandar pada Tuhan, pertahankan integritas diri kita, percayakan hidup kepada Tuhan termasuk dalam hal pasangan hidup ini.

Karakter seorang pemuda

Dua hal yaitu setia dan bertanggung jawab adalah dua karakter yang menjadi tantangan terbesar pemuda, kenapa, sebab pada masa inilah seorang pemuda itu diuji kesetiaannya. Misalkan setiap ada pacarnya dia sudah memberikan komitmen dan pacarnya memang menyayangi dia dan diapun menyayanginya. Hubungan itu baik, tapi sekarang melihat yang lain, terus memikirkan yang lain-lain. Nah dia gonta-ganti pacar, sehingga kesetiaan itu dengan mudah ditanggalkan. Pada masa pemuda inilah kesetiaan menjadi ujian bagi seorang pemuda, bisa atau tidak dia setia. Setia ini juga berkaitan dengan pekerjaannya, dia sudah menekuni satu bidang yang dia memang cocok apakah dia akan terlalu mudah tergiur dengan tawaran-tawaran yang lain. Bisakah dia berpikir dengan jernih dan tenang dan melihat apakah dia memang harus pindah, apakah semua keputusan didasari atas kriteria finansial saja. Apakah tidak bisa kita mendasarinya atas faktor kenyamanan bekerja, pertemanan dengan teman-teman yang baik. Di sinilah kesetiaan diuji. Tadi sudah di singgung selain kesetiaan yang juga akan menjadi ujian bagi pemuda adalah faktor bertanggung jawab. Apakah kita itu dengan mudah melepaskan tanggungjawab, berkelit dari tuntutan, pokoknya yang penting kita selamat, ini masa pemuda diuji. Kalau kita menaruh fondasi berkelit terus-menerus, cuci tangan terus-menerus, kita akan membawa kebiasaan ini untuk masa-masa selanjutnya. Tapi kalau dari masa pemuda kita sudah menetapkan kita mau bertanggung jawab, apa yang kita katakan kita pegang dan apa yang kita janjikan kita coba penuhi. Kita akan membawa fondasi ini masuk ke dalam karier kita nantinya.

Memang dalam rangka ini, menemukan tempat kerja yang tepat untuk kita, kita memerlukan kesempatan untuk bisa berpindah dari satu pekerjaan ke tempat pekerjaan yang lain, tetapi perlu adanya keseimbangan di sini , sudah tentu boleh seseorang itu pindah kerja, boleh meningkatkan kesejahteraan. Namun yang saya ingin tekankan adalah jangan sampai kita mengambil keputusan hanya atas dasar itu. Kita mesti juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Ada kalanya memang ini kesempatan terbuka namun kalau kita ambil misalkan kita harus berpisah dengan pacar kita. Kita tahu bahwa prioritas kita bukan hanya bekerja tapi juga membangun relasi. Kalau kita pindah ke kota yang berbeda kita harus berpisah dari pacar kita, kemungkinan kita akan kehilangan waktu bersama untuk saling mengenal. Kalau kita digelapkan mata kita digelapkan hanya fokus pada pokoknya pekerjaan ini lebih bagus, uang lebih besar. Mulailah kita kehilangan perspektif ya yang namanya kesetiaan dan bertanggung jawab itu mulai kita kurangi. Ini yang mesti kita jaga. Banyak orang memulai masa pemudanya dengan modal setia dan tanggung jawab yang lumayan banyak, dengan berjalannya waktu makin hari makin kurang. Karena semua dikompromikan untuk kepentingan pribadi supaya mendapatkan yang diinginkan. Nah inilah yang harus kita jaga.

Didalam Alkitab ada contoh-contoh, salah satunya yang menarik perhatian saya adalah kehidupan Yusuf. Yusuf adalah seseorang yang mengalami perubahan hidup cukup besar. Memang kalau kita melihat tokoh Yusuf ini keadaan yang memaksa dia, Tuhan menggunakan situasi dan kondisi saat itu untuk menggiring dia menjalani sekian banyak karier, Tuhan membawa Yusuf ke Mesir dengan tujuan pada akhirnya membawa Yusuf untuk menyediakan kebutuhan orang Israel dalam masa kelaparan. Yusuf tidak tahu itu namun kita melihat di sini satu karakter Yusuf setia dan bertanggung jawab. Waktu dia di rumah disuruh oleh ayahnya menemui kakak-kakaknya yg sedang menjaga hewan. Sebetulnya dia bisa langsung pulang setelah menemukan bahwa kakaknya tidak ada di tempat itu. Namun waktu dia tanya-tanya di mana kakaknya berada dia tahu kakaknya berada bermil-mil jauhnya dari tempat dia di situ. Dia mengambil waktu berjalan begitu jauh untuk menemui kakaknya, membawa makanan untuk mereka. Dengan kata lain dari kecil kita melihat setia dan bertanggung jawab. Yusuf memang begitu. Waktu dia dibuang sebagai seorang budak bekerja di rumah Potifar, dia menjadi orang yang dipercaya, kenapa dipercaya, karena dia setia dan bertanggung jawab. Kesetiaannya terbukti waktu istri Potifar menggodanya. Dia berkata: "Semua hal di rumah ini dipercayakan kepada saya oleh suamimu. Hanya satu yang tidak yaitu engkau karena engkau miliknya. Masakan aku berbuat hal yang seperti ini kepada suamimu dan (ini yang ditekankan) masakan aku berdosa atau berbuat jahat kepada Tuhan." Jadi kita melihat Yusuf seorang yang setia. Waktu dia di penjara juga seperti itu dia menjadi tahanan dia tetap menjadi orang yang baik. Temannya mimpi bingung dia mencoba mendoakan, dia mencoba mencari jawaban mimpi itu. Jadi kita melihat di dalam posisi apapun karier apapun yang harus dilewati oleh Yusuf baik itu karier yang baik maupun yang sangat buruk. Dia tetap setia dan bertanggung jawab.
 
Dalam Kejadian 50:19-20 dikatakan, Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," Pemuda harus melewati masa yang penuh kebingungan, tantangan, banyak keputusan yang harus diambil pada masa pemuda, termasuk karier dan berkeluarga. Jangan sampai tantangan-tantangan itu melumpuhkan kerohanian kita, jangan sampai tantangan itu akhirnya membuat kita kehilangan kesetiaan dan tanggung jawab. Untuk bisa terus mempertahankannya kita harus hidup takut akan Tuhan. Yusuf selalu takut akan Tuhan dan itulah yang telah menyelamatkan dia melewati perubahan karier dan perubahan hidup yang begitu drastis. Dia tetap setia kepada keluarganya kepada istrinya dan terakhir kepada Tuhan. . /nan1