Pemuda dan Tantangannya
Hidup sebagai
pemuda memang banyak tantangannya. Namun sebelum masuk kepada topik ini kita mesti memiliki konsep yang jelas
dimanakah tempat kita dalam hidup ini. Jikalau kita tidak memiliki
pemahaman yang jelas dimanakah tempat kita dalam hidup ini, kita dapat
diibaratkan dengan daun yang tertiup oleh angin dan terhempas ke
mana-mana. Tapi kalau kita sudah menyadari dimanakah tempat kita dalam
hidup ini, kita akan lebih bisa berakar, kita lebih bisa teguh. Ada
orang-orang yang sampai tua pun tidak menyadari dimanakah tempatnya
dalam hidup ini, sehingga mereka terus menjadi orang yang
terombang-ambing. Sedangkan ada juga orang-orang yang bahkan pada usia
muda sudah mengetahui dengan jelas tempatnya dalam hidup ini. Kita bisa
melihat meskipun mereka masih usia muda tetapi mereka memiliki
kemantapan. Apa yang saya maksud dengan tempat ini. Istilah tempat bisa
bermakna banyak, namun salah satunya yang saya kira penting adalah
tempat mengacu pada apa karunia kita, apa jalur karier kita dalam hidup
ini. Tidak bisa tidak jalur karier atau pekerjaan kita itu berpengaruh
besar terhadap tujuan hidup ini. Kalau kita tidak mengetahui jelas apa
itu yang bisa kita lakukan dalam hidup, apa itu jalur karier yang harus
kita tempuh, maka kita sukar sekali menetapkan tujuan hidup kita. Memang
secara kasar secara umum kita bisa berkata kita hidup untuk memuliakan
Tuhan. Bukan lagi kita hidup untuk diri sendiri kita hidup sekarang
untuk Tuhan. Namun secara kongkretnya apa itu yang harus kita lakukan
hari lepas hari. Berbahagialah kita yang sudah jelas mengetahui jalur
karier kita ini. Setidak-tidaknya jalur karier ini menempatkan kita di
rel yang akan mengarah pada tujuan hidup kita itu pula. Tetapi selain
profesi dan karier tentu ada masalah lain yaitu masalah menentukan
pasangan hidup atau teman hidupnya. Ini termasuk
bagian yang cukup sulit yang harus dihadapi oleh pemuda.
Pertama kita akan mencoba melihat dahulu
tahapan sebelum masuk ke usia pemuda yakni usia remaja. Sebab apa yang
terjadi di masa pemuda sebetulnya sudah mulai terjadi di masa remaja dan
di masa remajalah kita meletakkan fondasinya. Menurut seseorang bernama
Erik Erikson, pada masa remaja seseorang itu berkesempatan membangun
jati dirinya, siapakah dia itu.
Kalau dia berhasil menemukan
dan membangun jati dirinya dia menjadi seseorang yang mantap. Dia tahu
siapa dia di tengah-tengah kerumunan teman-temannya. Dia tidak terhilang
di lautan teman. Tapi sebaliknya juga dia memiliki konsep diri yang
juga realistik, sehingga dia tidak menjadi seseorang yg menonjol dan
besar sendirian di tengah-tengah kerumunan temannya. Dgn kata lain dia
tahu dirinya dengan pas, kekurangannya, kelebihannya, kebisaannya,
keterbatasannya, dan dia bisa merangkul keduanya dengan luwes. Kalau dia
bisa menemukan ini semuanya dia akan memasuki usia dewasa dan membangun
yang kita sebut keintiman. Sebaliknya kalau dia tidak menemukan dirinya
dan dia bingung terus dengan siapa dirinya waktu memasuki usia dewasa
bukannya keintiman yang dia bangun malah dia mulailah menarik diri,
mengisolasi diri dari orang-orang yang sebetulnya mau dekat dengan dia.
Dengan kata lain, kita hanya berani intim atau
dekat dengan orang kalau kita memiliki kepercayaan diri yg cukup, kalau
kita tidak memiliki kepercayaan diri yg cukup, kita takut dekat dengan
orang. Kita takut nanti orang ini mengetahui siapa kita, nanti orang ini
menolak mengetahui keterbatasan kita dan sebagainya. Ada orang yang
mengisolasi dirinya secara blak-blakan, menyendiri, tidak mau bertemu
dengan orang, dan sebagainya, teman-temannya pun tidak ada. Tapi ada
sebagian orang yang mengisolasi dirinya secara kamuflase tidak terlihat
yaitu dia menjadi orang yang sebetulnya sosial, banyak teman, bergaul,
namun semua pertemanannya itu sangat dangkal. Dia menutup pintu sehingga
teman-temannya tidak bisa masuk dan mengenal siapa dia. Apapun gaya
atau caranya intinya adalah dia memisahkan diri dari lingkungannya
sehingga tidak bisa menjalin keintiman. Faktor ini yang akan berpengaruh
besar nantinya dalam hal kesiapan seseorang untuk berkeluarga. Sebab
berkeluarga menuntut satu syarat yaitu kemampuan kita untuk membagi
hidup, untuk dekat dengan orang dan membiarkan orang dekat dengan kita.
Biasanya anak-anak harus melewati
tahapan-tahapan secara alamiah itu tdk bisa dikarbit. Apa yg terjadi di
masa pemuda sebetulnya itu fondasinya sudah diletakkan di masa remaja,
pembentukan jati dirinya itu. Tapi sesungguhnya juga sebelum masa remaja
ada masa kanak-kanak dan di situpun masa kanak-kanak sebetulnya juga
harus melewati tahapannya dengan baik. Karena kalau tidak akan
mempengaruhi masa remajanya.
Ada yang masa anak-anaknya sudah diupayakan untuk
diberikan suatu arahan yang baik, tetapi memang perjalanan hidup ini
kadang-kadang sulit ditebak. Misalnya karena suatu masalah orang tuanya
itu bangkrut, jatuh miskin. Anak ini yang tadinya gampang bergaul
tiba-tiba dia menarik diri dari lingkungan temannya. Hal ini bisa
terjadi, karena memang bagaimanapun pengaruh kejatuhan orang tuanya ada
pada perkembangan jiwanya. Namun kalau anak ini sudah memiliki konsep
diri yang sehat, mempunyai pergaulan yang baik dengan temannya
seharusnya kejatuhan ini hanya bersifat sementara dia mungkin menarik
diri sebulan, dua bulan namun teman-temannya tidak membiarkan,
teman-temannya akan mencoba menghiburnya karena memang relasinya sehat
dia berani ngomong apa adanya, teman-temannya juga baik dengan dia,
simpati kepadanya, dia ditarik keluar tidak sempat untuk menguburkan
diri di dalam lubang. Karena teman-temannya mendukung dia. Nah
kebalikannya kalau memang pada dasarnya dia tidak mempunyai jaringan
pertemanan yang kuat seperti itu seolah-olah tidak ada penahannya. Waktu
dia jatuh ya dia jatuh sendirian dan tidak ada yang mengangkatnya.
Kalau dia sudah memiliki keberanian
untuk menjadi dirinya, dilihat apa adanya, membiarkan orang dekat
kepadanya, dan mengerti bagaimana dekat dan mengasihi orang, orang-orang
ini akan lebih siap memasuki ikatan nikah. Karena mereka siap untuk
membagi hidup. Sudah tentu tidak selalu mulus kadang kala tetap
orang-orang atau kita juga harus melewati fase-fase kebingungan. Kadang
kala ada juga ketakutan, aduh bagaimana ini ya dalam masa berpacaran,
cocok atau tidak, nanti bagaimana. Namun yang saya ingin tekankan
adalah, ya kalaupun ada ketakutan dan kebingungan tidak apa-apa kita
mesti tetap mempertahankan integritas kita. Kenapa saya menekankan ini
sebab ada sebagian kita karena takut tidak mendapat jodoh, kita tahu
seharusnya kita dapat jodoh akhirnya kita berpura-pura kita menggunakan
topeng, sehingga orang tidak tahu siapa kita. Orang hanya tahunya kita
seperti ini, kita mengikuti apa yang orang minta. Kita kehilangan diri
sendiri atau ada orang yang berbohong jelas-jelas berbohong karena ingin
mendapatkan orang yang dikasihinya. Akhirnya masuk dalam ikatan
pernikahan, namun sudah menyimpan masalah, ada orang yg misalkan ini
wanita menyerahkan tubuhnya takut kehilangan pasangannya supaya apa
pasangannya tidak meninggalkannya. Akhirnya menikah juga, jadi saya mau
tekankan berhati-hatilah dalam masa persiapan berkeluarga jangan sampai
kita mengkompromikan integritas diri kita. Kita mesti berani muncul apa
adanya, ditolak apa tidak tetap berani integritas kita, kita
pertaruhkan. Jangan berkompromi mengambil jalan-jalan pintas yang tidak
benar.
Perlu
diketahui bahwa masing-masing kita itu memang diciptakan secara unik ,
jadi kita tidak perlu kuatir atau harus menyamai orang lain. Memang pada
masa pemuda ini tekanannya cukup besar. Karena ada yang sudah mulai
sukses kelihatan arahnya, menanjak kariernya. Nah, misalkan kita melihat
diri kita kok masih di bawah nah hati-hati dengan godaan-godaan untuk
menutupi diri kita, mengkamuflase diri kita, hati-hati itu. Ada orang
yang karena ingin tampil bergaya, mampu, beruang justru memeras orang
tuanya memberi dia banyak uang padahal orang tuanya tidak punya uang.
Supaya apa, di hadapan pacarnya dia tampil orang yang mampu, mempunyai
uang yang cukup. Saya ingin tekankan berdoa, bersandar pada Tuhan,
pertahankan integritas diri kita, percayakan hidup kepada Tuhan termasuk
dalam hal pasangan hidup ini.
Karakter
seorang pemuda
Dua hal yaitu setia dan bertanggung
jawab adalah dua karakter yang menjadi tantangan terbesar pemuda,
kenapa, sebab pada masa inilah seorang pemuda itu diuji kesetiaannya.
Misalkan setiap ada pacarnya dia sudah memberikan komitmen dan pacarnya
memang menyayangi dia dan diapun menyayanginya. Hubungan itu baik, tapi
sekarang melihat yang lain, terus memikirkan yang lain-lain. Nah dia
gonta-ganti pacar, sehingga kesetiaan itu dengan mudah ditanggalkan.
Pada masa pemuda inilah kesetiaan menjadi ujian bagi seorang pemuda,
bisa atau tidak dia setia. Setia ini juga berkaitan dengan pekerjaannya,
dia sudah menekuni satu bidang yang dia memang cocok apakah dia akan
terlalu mudah tergiur dengan tawaran-tawaran yang lain. Bisakah dia
berpikir dengan jernih dan tenang dan melihat apakah dia memang harus
pindah, apakah semua keputusan didasari atas kriteria finansial saja.
Apakah tidak bisa kita mendasarinya atas faktor kenyamanan bekerja,
pertemanan dengan teman-teman yang baik. Di sinilah kesetiaan diuji.
Tadi sudah di singgung selain kesetiaan yang juga
akan menjadi ujian bagi pemuda adalah faktor bertanggung jawab. Apakah
kita itu dengan mudah melepaskan tanggungjawab, berkelit dari tuntutan,
pokoknya yang penting kita selamat, ini masa pemuda diuji. Kalau kita
menaruh fondasi berkelit terus-menerus, cuci tangan terus-menerus, kita
akan membawa kebiasaan ini untuk masa-masa selanjutnya. Tapi kalau dari
masa pemuda kita sudah menetapkan kita mau bertanggung jawab, apa yang
kita katakan kita pegang dan apa yang kita janjikan kita coba penuhi.
Kita akan membawa fondasi ini masuk ke dalam karier kita nantinya.
Memang dalam rangka ini, menemukan
tempat kerja yang tepat untuk kita, kita memerlukan kesempatan untuk
bisa berpindah dari satu pekerjaan ke tempat pekerjaan yang lain, tetapi
perlu adanya keseimbangan di sini , sudah tentu boleh seseorang itu
pindah kerja, boleh meningkatkan kesejahteraan. Namun yang saya ingin
tekankan adalah jangan sampai kita mengambil keputusan hanya atas dasar
itu. Kita mesti juga mempertimbangkan faktor-faktor lain. Ada kalanya
memang ini kesempatan terbuka namun kalau kita ambil misalkan kita harus
berpisah dengan pacar kita. Kita tahu bahwa prioritas kita bukan hanya
bekerja tapi juga membangun relasi. Kalau kita pindah ke kota yang
berbeda kita harus berpisah dari pacar kita, kemungkinan kita akan
kehilangan waktu bersama untuk saling mengenal. Kalau kita digelapkan
mata kita digelapkan hanya fokus pada pokoknya pekerjaan ini lebih
bagus, uang lebih besar. Mulailah kita kehilangan perspektif ya yang
namanya kesetiaan dan bertanggung jawab itu mulai kita kurangi. Ini yang
mesti kita jaga. Banyak orang memulai masa pemudanya dengan modal setia
dan tanggung jawab yang lumayan banyak, dengan berjalannya waktu makin
hari makin kurang. Karena semua dikompromikan untuk kepentingan pribadi
supaya mendapatkan yang diinginkan. Nah inilah yang harus kita jaga.
Didalam Alkitab ada contoh-contoh, salah
satunya yang menarik perhatian saya adalah kehidupan Yusuf. Yusuf
adalah seseorang yang mengalami perubahan hidup cukup besar. Memang
kalau kita melihat tokoh Yusuf ini keadaan yang memaksa dia, Tuhan menggunakan situasi dan kondisi saat itu untuk
menggiring dia menjalani sekian banyak karier, Tuhan
membawa Yusuf ke Mesir dengan tujuan pada akhirnya membawa Yusuf untuk
menyediakan kebutuhan orang Israel dalam masa kelaparan. Yusuf tidak
tahu itu namun kita melihat di sini satu karakter Yusuf setia dan
bertanggung jawab. Waktu dia di rumah disuruh oleh ayahnya menemui
kakak-kakaknya yg sedang menjaga hewan. Sebetulnya dia bisa langsung
pulang setelah menemukan bahwa kakaknya tidak ada di tempat itu. Namun
waktu dia tanya-tanya di mana kakaknya berada dia tahu kakaknya berada
bermil-mil jauhnya dari tempat dia di situ. Dia mengambil waktu berjalan
begitu jauh untuk menemui kakaknya, membawa makanan untuk mereka.
Dengan kata lain dari kecil kita melihat setia dan bertanggung jawab.
Yusuf memang begitu. Waktu dia dibuang sebagai seorang budak bekerja di
rumah Potifar, dia menjadi orang yang dipercaya, kenapa dipercaya,
karena dia setia dan bertanggung jawab. Kesetiaannya terbukti waktu
istri Potifar menggodanya. Dia berkata: "Semua hal di rumah ini
dipercayakan kepada saya oleh suamimu. Hanya satu yang tidak yaitu
engkau karena engkau miliknya. Masakan aku berbuat hal yang seperti ini
kepada suamimu dan (ini yang ditekankan) masakan aku berdosa atau
berbuat jahat kepada Tuhan." Jadi kita melihat Yusuf seorang yang setia.
Waktu dia di penjara juga seperti itu dia menjadi tahanan dia tetap
menjadi orang yang baik. Temannya mimpi bingung dia mencoba mendoakan,
dia mencoba mencari jawaban mimpi itu. Jadi kita melihat di dalam posisi
apapun karier apapun yang harus dilewati oleh Yusuf baik itu karier
yang baik maupun yang sangat buruk. Dia tetap setia dan bertanggung
jawab.
Dalam Kejadian 50:19-20 dikatakan, Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan," Pemuda harus melewati masa yang penuh kebingungan, tantangan, banyak keputusan yang harus diambil pada masa pemuda, termasuk karier dan berkeluarga. Jangan sampai tantangan-tantangan itu melumpuhkan kerohanian kita, jangan sampai tantangan itu akhirnya membuat kita kehilangan kesetiaan dan tanggung jawab. Untuk bisa terus mempertahankannya kita harus hidup takut akan Tuhan. Yusuf selalu takut akan Tuhan dan itulah yang telah menyelamatkan dia melewati perubahan karier dan perubahan hidup yang begitu drastis. Dia tetap setia kepada keluarganya kepada istrinya dan terakhir kepada Tuhan. . /nan1